20140526_MajalahDetik_130

internasionalIni bukan kudeta.Rakyat tak perlupanik dan tetapbisa menjalankankehidupan normal.”menteri sementara ditolak partai pemerintah,Partai Pheu Thai.Kubu pemerintah menghendaki pemilu terlebihdahulu, sementara barisan Kaus Merahmenghendaki referendum sebelum pemilihanumum. Pihak seberang, Komite Reformasi,yang dipimpin Suthep Thaugsuban, menginginkansupaya Senat Thailand menunjuk perdanamenteri interim untuk memimpin reformasisebelum digelar pemilihanumum.Jurang di antara keduakubu kelewat lebar untukdirekatkan dalam dua kalipertemuan. Gampangdiduga, pertemuan keduapada Kamis siang pekanlalu kembali membenturtembok. Setelah satu jamberdebat tanpa ada tandakompromi, kesabaran Jenderal Prayuth habissudah.“Karena kita tak juga menemukan jalan untukmembawa negeri ini ke perdamaian, aku akanmengumumkan pengambilalihan kekuasaan,”kata Jenderal Prayuth kalem. “Semua orangharap tetap duduk di tempatnya.”Tak berapa lama, puluhan tentara masuk keruangan, mencegah semua peserta persamuhankeluar. Mereka, kecuali anggota Senat danKomisi Pemilu, kemudian diangkut dan ditahandi Markas Divisi Pengawal Raja. Jenderal Prayuthbeserta seluruh Kepala Staf Angkatan danKepala Kepolisian Thailand bergegas ke stasiuntelevisi pemerintah untuk mengumumkanpengambilalihan kekuasaan.Sejak Kamis sore itu, pukul 16.30, kurang daritiga hari setelah kudeta, seluruh kuasa pemerintahanThailand beralih ke Dewan NasionalPemeliharaan Keamanan dan Ketertiban yangdipimpin Jenderal Prayuth. “Demi kelancaranoperasi pemerintahan, konstitusi tahun 2007dibekukan, kecuali pasal-pasal yang terkaitdengan kerajaan,” Jenderal Prayuth membacakanpernyataan. Dewan Nasional juga melarangaktivitas politik yang melibatkan lebih dari limaorang. Ada 155 pemimpin politik dari pelbagaikelompok yang dilarang pergi ke luar negeri,termasuk Yingluck dan beberapa anggota keluarganya.Majalah detik 26 mei - 1 juni 2014