j - Kementerian Riset dan Teknologi
j - Kementerian Riset dan Teknologi
j - Kementerian Riset dan Teknologi
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
yang sebenarnya harus dibayar. maka penyelsaian melalui penyuapan cenderung<br />
di lakukan. Lebih jauh responden tersebut menyatakan bahwa penerapan sangsi<br />
dalam penangnan kasus sumur illegal tidak hanya membertimbangkan aspek<br />
normatif semata, tetapi juga mempertimbangkan aspek sosial politik yang<br />
kemudian akan timbul. Sebagai contoh kasus misalnya kasus sumur illegal di salah<br />
satu perusahaan yang berada di daerah Kebon Jeruk. Perusahaan tersebut bergerak<br />
dalam bi<strong>dan</strong>g Loundry, selain memiliki sumur illegal, keberadaan perusahaan<br />
tersebut juga menyalahi tata ruang yang ada, karena berdomisili diwilayah yang<br />
peruntukannya untuk pemukiman penduduk. Namun demikian perusahaan itu<br />
telah melakukan pemberdayaan masyarakat dengan baik dengan cara menyerap<br />
tenaga kerja dari lingkungan disekitarnya. Bila Sumur Bor yang dimilikinya ditutup,<br />
maka tidak ada sumber air lain, karena saluran PAM belum tersedia, sehingga<br />
perusahaan itu harus berhenti berproduksi, akibatnya akan terjadi pemutusan<br />
hubungan kerja masal.<br />
Atas dasar pertimbangan itu sumur bor yang ada tidak ditutup, baru<br />
beberapa tahun kemudian, setelah jaringan pipa dari PAM masuk kedaerah itu<br />
sumur bor tersebut ditutup. Bila kasus ini dicermati lebih jauh, alasan dampak<br />
sosial <strong>dan</strong> politik yang ditimbulkan akibat penerapan sangsi sebenarnya<br />
merupakan alasan-lasan formal yang mengemuka, namun upaya untuk mencapai<br />
kesepakatan antara pihak pengusaha dengan petugas serta pemanfaatan air tanah<br />
selama sumur tersebut belum ditutup disinyalir serat dengan pratek gratifikasi.<br />
Diluar sumur illegal yang dimiliki perusahaan-perusahaan besar, penanganan kasus<br />
sumur illegal yang belum terjamah adalah sumur illegal yang digunakan untuk<br />
usaha pencucian motor atau mobil, terutama sumur illegal yang digunakan oleh<br />
perusahaan pencucian mobil/motor yang relatif kecil, biasanya berlokasi di jalur<br />
hijau. Sekalipun mereka hanya menggunakan sumur pantek dengan kedalam<br />
berkisar antara 30 m sampai dengan 40 m, namun saat ini jumlah mereka banyak<br />
<strong>dan</strong> masing-masing menggunakan air tanah dalam jumlah yang relatif besar.<br />
Selain menggunakan air tanah yang relatif banyak, secara normatif sebenarnya<br />
mereka masuk dalam katagori Niaga Kedl yang secara juridis wajib membayar