Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
100<br />
<strong>Melangkah</strong> <strong>maju</strong> <strong>dengan</strong> <strong>REDD</strong> Isu, <strong>pilihan</strong> <strong>dan</strong> <strong>implikasi</strong><br />
bukaan tajuk, seperti halnya dalam pengambilan kayu mati <strong>dan</strong> tumbuhtumbuhan<br />
di bawah naungan (Hardcastle dkk. 2008).<br />
Ada dua macam metode penginderaan jauh untuk memantau degradasi hutan<br />
(Achard dkk. 2008): pendekatan secara langsung untuk mendeteksi a<strong>dan</strong>ya<br />
bukaan tajuk hutan, <strong>dan</strong> secara tidak langsung melalui <strong>dengan</strong> mendeteksi<br />
jaringan jalan serta kegiatan penebangan.<br />
• Pendekatan secara langsung untuk memantau tebang pilih <strong>dan</strong><br />
kebakaran: Metode pendekatan ini memantau tutupan tajuk hutan<br />
untuk mengetahui a<strong>dan</strong>ya bukaan atau pola bukaan yang selanjutnya<br />
dipakai untuk mengidentifikasi kegiatan degradasi2 . Sebagai contoh,<br />
Asner dkk. (2005) mengembangkan algoritma untuk mengidentifikasi<br />
kegiatan penebangan <strong>dengan</strong> menggunakan data Landsat. Roy dkk.<br />
(2005) mengembangkan metodologi untuk memetakan areal kebakaran<br />
hutan <strong>dengan</strong> menggunakan data MODIS. Metode ini menghasilkan<br />
akurasi 86-95% untuk mendeteksi areal tebang pilih <strong>dan</strong> kebakaran<br />
(Achard dkk. 2008).<br />
• Pendekatan tidak langsung untuk memantau degradasi hutan:<br />
Pendekatan ini mengklasifikasikan lahan hutan menjadi ‘hutan utuh’<br />
(hutan tak terganggu) <strong>dan</strong> ‘hutan tak utuh’ (hutan yang terganggu<br />
karena kegiatan penebangan maupun a<strong>dan</strong>ya degradasi tajuk). Klasifikasi<br />
tersebut berdasarkan tutupan tajuk <strong>dan</strong> kriteria dampak manusia yang<br />
dapat ditetapkan berdasar keadaan nasional (Mollicone dkk. 2007;<br />
Achard dkk. 2008). 3 Degradasi hutan didefinisikan sebagai pengalihan<br />
dari hutan utuh menjadi hutan tak utuh.<br />
9.3.3 Memperkirakan stok karbon hutan<br />
Penaksiran stok karbon diperlukan untuk menentukan emisi bersih hutan,<br />
<strong>dan</strong> diketahui lewat luas areal deforestasi atau degradasi hutan <strong>dan</strong> kepadatan<br />
karbon. Ada tiga pendekatan untuk memperkirakan ca<strong>dan</strong>gan karbon hutan<br />
di negara tropis, yaitu melalui rata-rata biomassa, pengukuran langsung di<br />
lapangan, <strong>dan</strong> pengukuran <strong>dengan</strong> penginderaan jauh (Gibbs dkk. 2007).<br />
Tabel 9.2 menyajikan ringkasan keunggulan <strong>dan</strong> kelemahan masing-<br />
masing pendekatan.<br />
Agar data dari inventarisasi hutan <strong>dan</strong> penginderaan jauh dapat dipakai<br />
untuk mengukur stok karbon, diperlukan pengembangan persamaan alometri<br />
(persamaan antara wilayah hutan <strong>dan</strong> stok karbon). Beberapa persamaan<br />
2 Lihat Achard dkk. (2008) untuk penjelasan yang lebih rinci mengenai metode ini.<br />
3 Achard dkk. (2008) menyarankan agar ‘hutan utuh’ didefinisikan berdasar enam kriteria: 1) terletak di<br />
dalam kawasan hutan mengikuti definisi UNFCCC, <strong>dengan</strong> zona penyangga 1 km di dalam kawasan hutan<br />
2) lebih besar dari 1000 ha <strong>dengan</strong> lebar terkecil 1 km, 3) terdapat bauran berbagai ekosistem alami 4) tidak<br />
terpecah-pecah oleh sarana infrastruktur 5) tidak terdapat tanda-tanda perubahan karena kegiatan manusia,<br />
<strong>dan</strong> 6) tidak ada wilayah yang terbakar <strong>dan</strong> tidak ada tanaman muda di sekitar lokasi proyek infrastruktur.