Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Bab 6 Bagaimana kita menetapkan tingkat referensi untuk pembayaran <strong>REDD</strong>?<br />
Adjustment Factor – DAF). Contoh penggunaan faktor ini adalah memberikan<br />
basis yang lebih longgar kepada negara-negara <strong>dengan</strong> PDB per kapita yang<br />
rendah, <strong>dengan</strong> alasan sebagai berikut: (i) negara-negara termiskin cenderung<br />
masih berada pada transisi hutan tahap awal, sehingga laju deforestasi (<strong>dan</strong><br />
degradasi)-nya lebih mungkin meningkat daripada menurun; (ii) kapasitas<br />
untuk menerapkan <strong>REDD</strong> mungkin berbanding terbalik <strong>dengan</strong> PDB per<br />
kapita, sehingga Negara miskin membutuhkan transfer yang lebih besar;<br />
(iii) berdasarkan prinsip UNFCCC, yaitu ‘tanggung jawab bersama tetapi<br />
<strong>dengan</strong> tanggungan yang berbeda’, maka ketentuan <strong>REDD</strong> semestinya lebih<br />
mudah bagi negara-negara yang paling miskin; <strong>dan</strong> (iv) <strong>REDD</strong> semestinya<br />
memberikan kontribusi transfer sumber daya ke negara-negara yang paling<br />
miskin (manfaat tambahan).<br />
Proposal untuk menyertakan kondisi nasional dapat diperluas <strong>dengan</strong><br />
mengerahkan model-model kompleks untuk memprediksi deforestasi<br />
berdasarkan faktor-faktor spesifik negara tersebut. Pustaka tentang model<br />
regresi deforestasi antar negara mencantumkan banyak variabel <strong>dan</strong> beberapa<br />
di antaranya berpotensi untuk digunakan dalam menentukan formula basis<br />
(Angelsen <strong>dan</strong> Kaimowitz 1999). Faktor-faktor tersebut termasuk kepadatan<br />
<strong>dan</strong> pertumbuhan penduduk, luas kawasan hutan, laju pertumbuhan ekonomi,<br />
harga komoditas, tata kepemerintahan, <strong>dan</strong> lokasi (tropis <strong>dan</strong> regional).<br />
Pendekatan pemodelan memiliki kelemahan karena didasarkan pada angkaangka<br />
yang juga harus diprediksi, misalnya, pertumbuhan populasi <strong>dan</strong><br />
ekonomi, serta harga komoditi. Perluasan dari pendekatan ini, seperti<br />
disarankan oleh Motel dkk. (2008) adalah menduga dampak penerapan<br />
kebijakan pemerintah setelah periode pemberian kredit berakhir, sehingga<br />
informasi yang diperlukan sudah ada <strong>dan</strong> tidak perlu diprediksikan lagi.<br />
Negara-negara tersebut kemudian mendapatkan imbalan untuk kebijakan <strong>dan</strong><br />
upaya yang baik (‘Kompensasi untuk upaya yang sukses’).<br />
Pendekatan pemodelan memiliki beberapa permasalahan. Pertama, tidak<br />
banyak negara memiliki data rangkaian waktu yang memadai, kalaupun ada.<br />
Kedua, pengalaman membangun model untuk deforestasi memberi pelajaran<br />
bahwa model antar negara tidak terlalu bisa menghasilkan prediksi yang teguh<br />
<strong>dan</strong> jelas. Ketiga, perhitungan berdasarkan metode yang tidak transparan<br />
belum tentu dapat diterima oleh berbagai pihak.<br />
6.2.3 Sejarah deforestasi global<br />
Pilihan lain, seperti tercantum dalam proposal Joint Research Centre dari Achard<br />
dkk. (2005), adalah <strong>dengan</strong> menggunakan sejarah laju deforestasi global untuk<br />
menetapkan basis bagi setiap negara. Achard dkk. (2005) menyarankan negaranegara<br />
<strong>dengan</strong> laju deforestasi yang kurang dari 50% rata-rata laju deforestasi<br />
global dapat menggunakan 50% rata-rata laju deforestasi global sebagai basis<br />
nasional. Tetapi, negara <strong>dengan</strong> laju deforestasi yang lebih tinggi dari 50%<br />
63