Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
Melangkah maju dengan REDD: isu, pilihan dan implikasi
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
112<br />
<strong>Melangkah</strong> <strong>maju</strong> <strong>dengan</strong> <strong>REDD</strong> Isu, <strong>pilihan</strong> <strong>dan</strong> <strong>implikasi</strong><br />
inventarisasi dirancang untuk negara tertentu <strong>dan</strong> dilakukan secara berulang.<br />
Dengan demikian Tier 3 juga mengukur perubahan kerapatan karbon yang<br />
terjadi pada periode pengukuran.<br />
Perubahan areal hutan dapat dipantau menggunakan penginderaan jauh<br />
(paling tidak untuk sebagian wilayah), atau melalui inventarisasi hutan secara<br />
sistematis. Inventarisasi memerlukan jumlah sampel yang cukup besar agar<br />
dapat mendeteksi perubahan yang signifikan di suatu areal untuk setiap<br />
tipe hutan. Pemantauan degradasi hutan (yaitu perubahan dari hutan utuh<br />
menjadi tidak utuh) menggunakan penginderaan jauh akan lebih sulit daripada<br />
memantau deforestasi. Deforestasi lebih mudah terdeteksi oleh penginderaan<br />
jauh, terutama apabila terjadi pada skala yang cukup luas. Sebaliknya, degradasi<br />
sulit terdeteksi karena penginderaan jauh belum bisa menunjukkan, misalnya,<br />
hilangnya beberapa pohon (tebang pilih), semak di bawah tajuk (karena<br />
kebakaran) ataupun hilangnya cabang-cabang <strong>dan</strong> pepohonan yang kecil<br />
(untuk kayu bakar). Kegiatan tersebut kecil pengaruhnya terhadap tutupan<br />
tajuk tetapi dapat mempengaruhi stok karbon di hutan (DeFries dkk. 2007).<br />
Mendeteksi perubahan di bawah tajuk tetap sulit meski resolusi citra yang<br />
digunakan lebih tinggi. Metode terkini seperti radar, yang memiliki potensi<br />
menembus tajuk, sampai saat ini hanya tersedia untuk areal yang terbatas.<br />
Salah satu cara adalah menggunakan pendekatan peluang. Pendekatan ini<br />
meliputi stratifikasi hutan berdasar risiko degradasinya, <strong>dengan</strong> melihat tren<br />
selama ini <strong>dan</strong> menggunakan variabel yang mewakili, seperti kemudahan akses<br />
(kerapatan jaringan jalan, jarak dari pemukiman) (Schelhas <strong>dan</strong> Sanchez-<br />
Azofeifa 2006). Parameter yang digunakan dalam model ini akan berlainan<br />
menurut jenis kegiatan yang mengakibatkan degradasi (misalnya tebang pilih,<br />
pengumpulan kayu bakar) (Iskandar 2006).<br />
Perubahan rata-rata stok karbon per unit luasan untuk setiap jenis hutan dapat<br />
dipantau <strong>dengan</strong> berbagai cara. Diantaranya adalah <strong>dengan</strong> memanfaatkan<br />
data sekunder <strong>dan</strong> estimasi yang dibuat oleh IPCC (2003b), di samping<br />
inventarisasi hutan di lapangan <strong>dan</strong> pemantauan plot sampel. IPCC (2006)<br />
menyarankan dua metode untuk mengukur perubahan stok karbon karena<br />
degradasi hutan: metode perubahan stok karbon (stock-difference) <strong>dan</strong> metode<br />
tambah-kurang (gain-loss) (lihat Gambar 9.1).<br />
Metode perubahan stok dibangun berdasar inventarisasi hutan yang biasanya<br />
dilakukan untuk menaksir serapan atau emisi karbon. Se<strong>dan</strong>gkan metode<br />
tambah-kurang berdasarkan pemahaman dari sifat ekologis hutan: bagaimana<br />
hutan tumbuh, <strong>dan</strong> bagaimana proses alami <strong>dan</strong> pengaruh manusia<br />
mengakibatkan pengurangan karbon di dalam hutan. Metode perbedaan stok<br />
mengukur stok biomassa di awal <strong>dan</strong> akhir periode penghitungan, untuk<br />
masing-masing pool karbon. Metode tambah-kurang menaksir terjadinya<br />
penambahan biomassa dari pertumbuhan rata-rata per tahun (mean annual<br />
increment – MAI), dikurangi taksiran biomassa yang berkurang karena kegiatan