26.11.2014 Views

Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files

Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files

Fatawa Vol.3 No.10 - Free Download Islamic Files

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

etahui maksudnya untuk membunuh<br />

seorang muslim. Hal tersebut berarti<br />

membantu terwujudnya dosa dan<br />

permusuhan. Apabila menjualnya<br />

kepada orang yang dikenal sebagai<br />

mujahid fi sabilillah, maka termasuk<br />

ketaatan dan qurbah. Penjualan untl<br />

tuk memerangi kaum muslimin atau<br />

memutuskan jalan perjuangan kaum<br />

muslimin termasuk tolong-menolong<br />

untuk kemaksiatan."<br />

Menjual budak muslim kepada<br />

non-muslim<br />

Allåh melarang menjual hamba<br />

sahaya muslim kepada orang kafir.<br />

Penjualan budakk seperti ini hanya<br />

akan menjadikan budak tersebut<br />

hina dan rendah di hadapan orang<br />

kafir. Allåh berfirman,<br />

“Allåh sekali-kali tidak akan memberi<br />

jalan kepada orang-orang kafir untuk<br />

memusnahkan orang-orang yang<br />

beriman." (Al-Nisa:141).<br />

Nabi bersabda, “Islam itu tinggi<br />

dan tidak akan pernah diungguli."<br />

(Sahih dalam Al-Irwa’ no. 1268 dan<br />

Shahih al-Jami’ no. 2778)<br />

Jual beli pada jual beli saudark<br />

ranya<br />

Diharamkan menjual barang<br />

atas penjualan saudaranya. Seorang<br />

pedagang, misalnya, berkata kepada<br />

orang yang hendak membeli barang<br />

seharga sepuluh kepada pedagang<br />

lain, “Aku akan memberimu barl<br />

rang yang seperti itu dengan harga<br />

sembilan..” Atau perkataan “Aku<br />

akan memberimu lebih baik dari itu<br />

dengan harga yang lebih baik pula.”<br />

Nabi bersabda, “Tidaklah sebagian<br />

di atara kalian diperkenankan untuk<br />

menjual (barang) atas (penjualan)<br />

sebagian lainnya.” (Mutafaq ‘alaihi)<br />

Juga sabdanya, “Tidak boleh<br />

seorang menjual di atas jualan saudarranya.<br />

(Mutafaq ‘alaih)<br />

Demikian juga diharamkan membl<br />

beli barang di atas pembelian saudarl<br />

ranya. Seperti mengatakan terhadap<br />

orang yang menjual dengan harga<br />

sembilan, “Saya beli dengan harga<br />

sepuluh.”<br />

Kini kasus semacam ini banyak<br />

terjadi di pasar kaum muslimin. Kita<br />

mesti menjauhinya dan melarang<br />

manusia dari pebuatan seperti itu<br />

dan mengingkari pelakunya.<br />

Simsar<br />

Termasuk jual beli yang dilarang<br />

adalah orang yang bertindak seba gai<br />

simsaran. a Sebagaimana hadits,<br />

<br />

“Rasulullah melarang orang kota<br />

mencegat orang-orang desa untuk<br />

kemudian menjualkan barang merreka<br />

kepada orang yang badi (pembl<br />

beli lain).”<br />

Ibnu Abbas berkata, “Tidak<br />

boleh menjadi simsar baginya”<br />

(yaitu penunjuk jalan yang jadi<br />

perantara penjual dan pemberi).”<br />

Nabi ber sabda, “Biarkanlah<br />

manusia berusaha sebagian mereka<br />

terhadap sebagian yang lain untuk<br />

mendapatkan rezeki Allåh.” (Shahih<br />

Sunan al-Tirmidzi no. 977 dan<br />

Shahih al-Jami’ no. 8603<br />

Begitu pula tidak boleh bagi<br />

orang yang mukim untuk untuk<br />

membelikan barang bagi seorang<br />

pendatang. Seorang penduduk kota<br />

(mukim) pergi menemui penduduk<br />

kampung (pendatang) dan berkata,<br />

“Saya akan membelikan barang<br />

untukmu atau menjualkan.” Boleh<br />

bila pendatang itu yang meminta<br />

kepada penduduk kota (mukim)<br />

untuk membelikan atau menjualkan<br />

barang miliknya.<br />

Jual beli dengan ‘inah<br />

Yaitu menjual sesuatu kepada<br />

seseorang dengan harga kredit, keml<br />

mudian dia membelinya lagi secara<br />

kontan dengan harga lebih rendah.<br />

Misalnya, seseorang menjual barang<br />

seharga Rp 20.000,- dengan cara<br />

kredit. Kemudian dia membelinya<br />

lagi dengan harga Rp 15.000,- secara<br />

kontan. Harga Rp 20.000,- tetap<br />

dalam tanggungan utang si pembeli<br />

sampai batas waktu yang ditentukan.<br />

Ini adalah perbuatan yang diharamkl<br />

kan karena termasuk bentuk tipu<br />

daya yang bisa mengantarkan kepl<br />

pada riba. Seolah-olah dia menjual<br />

dirham-dirham yang dikreditkan<br />

dengan dirham-dirham yang kontan<br />

untuk medapat selisih (riba). Barang<br />

tadi hanya sekadar tipu daya (khiyal),<br />

prinsipnya pinjaman riba riba.<br />

Nabi bersabda, “Jika kalian<br />

telah berjual beli dengan cara ‘inah<br />

dan sibuk dengan ekor-ekor sapi<br />

(bercocok tanam), sehingga kalian<br />

meninggalkan jihad. Akibatnya Alllåh<br />

akan timpakan kepada kalian<br />

kehinaan. Dia tidak akan mencabut<br />

kehinaan dari kalian, sampai kalian<br />

kembail kepada agama kalian.” (Silssilah<br />

al-Ahaditsi al-Shahihah no. 11<br />

dan Shahih Abu Dawud no. 2956)<br />

dan juga sabdanya, “Akan datang<br />

pada manusia suatu masa di mana<br />

mereka menghalalkan riba dengan<br />

jual beli.“ (Dilemahkan oleh al-Albani<br />

dalam Ghayatul Maram : 13) Walllahu<br />

a’lam. <br />

[Dari Mulakhas Fiqhi Juz II hal.<br />

11-13, Syaikh Shalih Fauzan al-<br />

Fauzan]<br />

Catatan:<br />

a Warga kota, dekat pasar, menghadang<br />

para pedagang dari desa di perjalanan<br />

kemudian menawarkan diri sebagai<br />

perantara jual beli, Red.<br />

Vol.III/<strong>No.10</strong> | September-Oktober 2007 / Ramadhan-Syawwal 1428<br />

57

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!