03.01.2015 Views

20131104_MajalahDetik_101

20131104_MajalahDetik_101

20131104_MajalahDetik_101

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ekonomi<br />

Eddy Widjanarko.<br />

DOK PRIBADI<br />

atau garmen. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan<br />

Indonesia Ade Sudrajat mengatakan, untuk membuat<br />

pabrik tekstil—yang menghasilkan limbah cair—<br />

dibutuhkan 120 izin. Sedangkan pabrik pakaian jadi<br />

harus mengantongi 60 izin.<br />

Sebagian izin itu memang masuk akal, seperti akta<br />

perusahaan atau nomor wajib pajak. Begitu pula<br />

dengan izin dampak lingkungan atau mendirikan<br />

bangunan, itu masih wajar. Namun kadang<br />

mempekerjakan perempuan harus mendapat izin<br />

khusus, begitu pula dengan izin mempekerjakan<br />

perempuan pada malam hari.<br />

“Seharusnya filosofi perizinan itu adalah semua<br />

kegiatan diizinkan kecuali yang dilarang,” kata<br />

Ade. “Tapi di Indonesia terbalik. Filosofinya, semua<br />

kegiatan dilarang kecuali yang diizinkan.”<br />

Tumpukan dokumen izin yang mesti diurus itu<br />

membuat waktu yang dihabiskan sangat lama.<br />

Eddy bahkan mengklaim sekitar 10 calon investor<br />

dalam lima tahun ini memilih membuka pabrik<br />

di Vietnam. Penyebabnya, proses perizinan di<br />

Vietnam sangat sederhana.<br />

Keruwetan perizinan ini membuat para pengusaha<br />

meminta pemerintah menjamin paket kebijakan<br />

itu juga bisa diterapkan di tingkat daerah karena<br />

kabupaten kadang membuat peraturan sendiri yang<br />

memberatkannya. Misalnya saja, pabrik yang ingin<br />

mengambil air tanah. Jika titik pengeboran ada lima,<br />

izinnya juga mesti lima, meski lokasinya di satu<br />

kompleks.<br />

Eddy meminta pemerintah pusat mengawasi<br />

pelaksanaan kebijakan investasi itu sampai<br />

tingkat daerah sehingga ada kepastian hukum<br />

bagi pengusaha. “Pola pikir pejabat di level bawah<br />

menciptakan aturan-aturan baru untuk mempersulit,<br />

bukan untuk mempermudah,” katanya. <br />

HANS HENRICUS B.S. ARON, MAIKEL JEFRIANDO | NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 4 - 10 NOVEMBER 2013

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!