You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
nasional<br />
Otto Hasibuan.<br />
detikfoto<br />
orang yang mengaku bisa memenangi<br />
sengketa di MK. “Orang itu minta<br />
saya menyiapkan Rp 10-15 miliar,”<br />
katanya.<br />
Laporan ke polisi dan KPK ini<br />
menurut anggota forum, Elang Oasis<br />
Rubra, berujung pada tuntutan agar<br />
putusan MK yang diduga menyimpang<br />
itu dikaji ulang. Tapi, kalau ini<br />
tujuannya, sepertinya bakal mentok.<br />
Mantan Ketua MK Jimly Ashiddiqie,<br />
mengatakan, seperti yang digariskan<br />
undang-undang, setiap putusan<br />
MK adalah final dan mengikat,<br />
dan tidak dapat ditinjau ulang.<br />
“Secara legal enggak bisa lagi ditinjau<br />
ulang,” ujar Jimly. “(Kasus) Ini jadi<br />
bahan evaluasi saja, agar ke depan<br />
jangan begitu (terjadi lagi).”<br />
Pakar hukum tata negara dari<br />
Universitas Gadjah Mada, Fadjroel<br />
Falakh, juga menilai, putusan MK<br />
tidak bisa dianulir, meskipun, di<br />
kemudian hari terdapat penyimpangan di balik<br />
putusan tersebut. “Kecuali perkara itu diperbarui,<br />
dan sepanjang faktanya ada yang baru, dan ada waktu<br />
untuk beperkara,” tutur Fadjroel secara terpisah.<br />
Adapun pengacara Akil Mochtar, Otto Hasibuan,<br />
tidak mempersoalkan laporan yang bermunculan<br />
setelah tertangkapnya Akil. “Menyangkut putusan<br />
hukum, itu kewenangan majelis hakim (MK). Bukan<br />
satu hakim (Akil) saja,” katanya kepada majalah<br />
detik. Otto berpendapat, hakim tidak bisa dihukum<br />
berdasarkan putusannya.<br />
Apakah kasus penanganan sengketa pilkada di<br />
sejumlah daerah itu bakal menjadi jeratan baru untuk<br />
Majalah detik 4 - 10 November 2013