Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
KRIMINAL<br />
sikan maksimal 12 penonton. “Tapi kebanyakan<br />
yang nonton cuma 5-6 orang,” tutur<br />
gadis yang mengaku berusia 23 tahun itu.<br />
Pelanggan kelompok Nana biasanya para<br />
pengusaha, pejabat, dan anak-anak orang<br />
kaya. Tapi Nana lebih senang jika diorder oleh<br />
pengusaha atau pejabat. “Mereka biasanya<br />
enggak pelit, sering ngasih tip,” ucapnya.<br />
Order kebanyakan datang dari orangorang<br />
Surabaya. Namun kadang kala pertunjukan<br />
tidak digelar di Surabaya. “Kami<br />
diongkosi pergi ke luar kota. Transpor dan keperluan<br />
lain ditanggung,” Nana menuturkan.<br />
Dalam seminggu, ia rata-rata menerima<br />
order dua kali. Anehnya, order tetap mengalir<br />
meski di bulan puasa. Pada bulan puasa, Nana<br />
malah tiap hari tampil. Kelompoknya kebanyakan<br />
tampil di hotel dan beberapa vila pribadi.<br />
Dalam bisnis ini, Nana rupanya sudah terjun<br />
bebas. Artinya, setelah pertunjukan striptease bisa<br />
berlanjut ke urusan ranjang. Kalau soal itu, Nana<br />
yang menentukan tarif. “Sekali main Rp 2 juta,” ujar<br />
perempuan yang mengaku sedang mengenyam kuliah<br />
di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya itu.<br />
Nana mulai menari telanjang saat kuliah di semester<br />
III. Awalnya, ia hanya seorang sexy dancer. Kemudian ada<br />
seorang teman yang mengajaknya menari telanjang.<br />
Karena bayarannya besar, ia pun tertarik. “Sama-sama<br />
menari, bedanya telanjang dan tidak,” jawab Nana<br />
enteng.<br />
Meski sudah bergelut dengan dunia tari bugil, Nana tetap<br />
menerima order dari event organizer untuk pertunjukan sexy<br />
dancer. Pekerjaan itu ia lakukan saat malam hari. Siangnya,<br />
ia tetap berstatus mahasiswa. “Kuliah jalan terus,” ucapnya.<br />
n IMAM WAHYUDIYANTA (SURABAYA) | DEDEN<br />
MAJALAH DETIK 4 - 10 NOVEMBER 2013