BUKU_RPI_1
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
mengatur stabilitas air di musim kemarau maupun penghujan serta melindungi kesuburan<br />
tanah. Disamping itu, hutan bersama ekosistemnya menyimpan kekayaan hayati dan sebagai<br />
sumber pengetahuan bagi generasi kini maupun yang mendatang. Pengelolaan hutan<br />
diharapkan dapat mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan, disamping mengoptimalkan<br />
manfaat dari hutan yang berpotensi untuk memenuhi kebutuhan bagi masyarakat yang<br />
semakin beragam kepentingannya. Gangguan terhadap fungsi hutan dapat mengakibatkan<br />
terjadinya perubahan iklim sebagai akibat dari kebakaran hutan serta konversi hutan<br />
yang meningkatkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Disamping itu, gangguan terhadap<br />
fungsi hutan dapat mengakibatkan hilangnya sumber kehidupan masyarakat dari hutan<br />
serta mengakibatkan terganggunya stabilitas sistem penyangga lingkungan secara luas.<br />
Menurut data FAO (2007), tingkat deforestasi hutan di dunia mencapai 13,7 juta<br />
hektar per tahun, dimana penanaman yang dilakukan hanya mencapai 0,7 juta hektar per<br />
tahun. Lebih dari setengah luas hutan global yang ada terdeforestasi atau terdegradasi;<br />
dimana 40% dari hutan yang lebat dikonversikan menjadi penggunaan lain seperti misalnya<br />
untuk pengembangan pertanian, peternakan, dan 10% telah dibuka atau terfragmentasi.<br />
Kondisi tersebut merupakan penyebab utama merosotnya kualitas dan kesehatan hutan.<br />
Selanjutnya diprediksi bahwa sebanyak 1 juta jenis tanaman dan binatang akan punah<br />
dalam jangka waktu 15 – 20 tahun mendatang. Akibatnya, pendekatan manajemen yang<br />
dilakukan saat ini dapat dikatakan gagal untuk mempertahankan dan melestarikan lanskap<br />
hutan untuk generasi mendatang.<br />
Pendekatan pengelolaan hutan yang dilakukan saat ini memiliki beberapa<br />
keterbatasan. Di antaranya dan yang paling utama adalah skala atau fokus dari pengelolaan<br />
itu sendiri. Sebagai contoh, rencana pengelolaan mencakup berbagai nilai yang tidak<br />
mungkin diintegrasikan pengelolaannya. Disamping itu, memprioritaskan nilai tertentu<br />
dan mengenyampingkan nilai lainnya akan membatasi proses lanskap yang penting<br />
serta berdampak luas. Secara tidak disadari, rancangan dan implementasi dari kegiatan<br />
penebangan dan penerapan silvikultur tertentu meninggalkan fragmentasi hutan, yaitu<br />
terputusnya rangkaian hutan yang padat menjadi pulau-pulau hutan yang terisolasi.<br />
Keadaan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi proses biodiversiti dan ekologi di masa<br />
mendatang.<br />
Upaya untuk melestarikan pengelolaan hutan perlu mempertimbangkan kondisi<br />
lingkungan sekitarnya, yang mencakup kondisi sosial dan ekonomi serta situasi politik<br />
dan perdagangan yang berkembang. Pendekatan semacam ini dapat dilakukan dengan<br />
menerapkan manajemen lanskap hutan yang memandang hutan sebagai suatu kesatuan<br />
fungsi, dan pengelolaannya tidak dapat dipisahkan dari tujuan untuk memenuhi kebutuhan<br />
yang beragam, baik yang bersifat ekologis, ekonomis maupun kebutuhan sosial. Dengan<br />
kata lain, melalui manajemen lanskap hutan rencana pengelolaan sumberdaya ditujukan