13.04.2018 Views

BUKU_RPI_1

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kondisi sebaliknya terjadi di DAS Baturusa. Dengan tutupan lahan hutan hanya<br />

mencapai 16%, tingkat pendapatan penduduk di DAS Baturusa dapat dikatakan tinggi.<br />

Hasil analisis GIS menunjukkan bahwa desa dengan rata-rata pendapatan yang tinggi<br />

pada umumnya didominasi oleh tutupan lahan berupa pertanian lahan kering campur,<br />

pertanian lahan kering dan perkebunan dengan status fungsi lahan berupa areal penggunaan<br />

lain. Fenomena yang tidak umum ditengarai pada desa dengan pendapatan rendah hasil<br />

analisis GIS ketiga desa tersebut memiliki areal pertambangan yang cukup luas. Apabila<br />

keberadaan lahan kritis dikaitkan dengan rata-rata pendapatan desa, maka hasil analisis GIS<br />

di DAS Baturusa menunjukkan bahwa desa-desa dengan rata-rata tingkat pendapatan yang<br />

tinggi pada lahan yang dikategorikan sebagai potensial kritis dan agak kritis. Sedangkan<br />

desa dengan rata-rata tingkat pendapatan rendah cenderung berada pada lahan yang<br />

dikategorikan sebagai lahan kritis dimana lahan kritis tersebut pada umumnya ditemukan<br />

pada areal pertambangan. Fenoma tersebut menunjukkan bahwa areal pertambangan di<br />

suatu desa yang menyebabkan lahan desa menjadi kritis ternyata tidak memberikan dampak<br />

kesejahteraan yang merata terhadap penduduk desa yang bersangkutan. Hanya segelintir<br />

masyarakat desa dari suatu areal pertambangan yang mendapatkan manfaat langsung dari<br />

keberadaan tambang, namun tidak semua masyarakat desa menggantungkan kehidupannya<br />

dari kegiatan pertambangan. Sehingga bagi masyarakat yang tidak melakukan kegiatan<br />

penambangan baik yang<br />

konvensional maupun<br />

inkonvensional, mereka<br />

harus menggantungkan<br />

hidupnya dari lahan<br />

pertanian yang luasnya<br />

tidak besar.<br />

Hubungan timbal<br />

balik antara antara kondisi<br />

sosial ekonomi masyarakat<br />

dengan kondisi lingkungan<br />

DAS dapat dilakukan<br />

dengan menggunakan<br />

metode Geographically<br />

Weighted Regression (GWR).<br />

Hasil penelitian yang<br />

dilakukan di daerah DAS<br />

berpasangan Citandui-<br />

Ciseel menunjukkan faktor<br />

Ringkasan Hasil:<br />

Penentuan luas hutan optimal berdasar respon<br />

hidrologis dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik<br />

DAS yang meliputi:<br />

1. Tutupan hutan optimal dinilai berdasarkan kombinasi<br />

aspek hasil air, potensi erosi dan sosial ekonomi secara<br />

komposit<br />

2. Dilakukan Identifikasi karakteristik DAS à tipologi<br />

DAS à satu tipe, satu model pengelolaan<br />

3. Kombinasi aplikasi pemrograman linier dan GIS<br />

untuk memperoleh nilai tutupan hutan optimal dan<br />

sebaran keruangannya<br />

4. Aplikasi pemodelan spasial untuk mengetahui<br />

kecenderungan spasial (arah dan luasan) perubahan<br />

penggunaan lahan, sehingga dapat diprediksi<br />

dampaknya terhadap kondisi DAS secara menyeluruh<br />

5. Dilakukan klasifikasi untuk penentuan tipologi hutan<br />

dalam konteks DAS à pendekatan proses (produksi<br />

air, regulasi air dan proteksi tanah)<br />

Sintesis Penelitian Integratif Manajemen Lanskap Hutan Berbasis DAS • 35

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!