05.05.2015 Views

Wajah Baru Agrarische Wet.pdf - Elsam

Wajah Baru Agrarische Wet.pdf - Elsam

Wajah Baru Agrarische Wet.pdf - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

perhatiannya tertuju pada hukum negara sebagai satu-satunya<br />

hukum yang ada dalam masyarakat. Kalaupun hukum lokal atau<br />

hukum adat yang ada dalam masyarakat diakui keberadaannya,<br />

tidak lebih sebagai suatu pengecualian. Dikatakan demikian karena<br />

hukum adat dalam realitasnya tidak ditempatkan sejajar dengan<br />

hukum negara, dan menempatkan sistem hukum nasional pada<br />

posisi yang superior. Superioritas hukum negara ini dapat dilihat<br />

jika hukum adat/hukum lokal/hukum tidak tertulis tersebut<br />

berhadapan dengan hukum negara yang sifatnya tertulis, maka<br />

hukum adat/hukum lokal/hukum tidak tertulis harus mengalah dan<br />

lebih mendahulukan keberadaan akan hukum negara, suatu sikap<br />

yang secara konstitusional bertentangan dengan UUD 1945.<br />

Hal ini terjadi dikarenakan dalam sentralisme hukum,<br />

keberadaan hukum negara yang sifatnya tertulis dianggap<br />

merupakan bentuk yang sempurna dari hukum. Anggapan atau<br />

teori seperti ini, yang menganggap hukum negara yang tertulis<br />

merupakan bentuk yang sempurna dari perjalanan hukum,<br />

sesungguhnya hal ini pengaruh dari ajaran positivisme dalam<br />

bidang ilmu kealaman (tokohnya: Saint Simont) yang kemudian<br />

berpengaruh dalam bidang ilmu sosial (tokohnya August Comte),<br />

dan kemudian ajaran positivisme tersebut masuk dan berpengaruh<br />

dalam bidang hukum yang salah satu tokohnya adalah John Austin<br />

(1790-1859) yang mengatakan bahwa hukum adalah perintah dari<br />

yang berdaulat (command of the soverign) yang dalam hal ini adalah<br />

negara. 88<br />

Sebagai sebuah paham, ajaran ataupun mazhab, kiranya<br />

positivisme hukum telah mendapatkan banyak kritikan, yang salah<br />

satu kritikannya adalah bahwa dalam realitasnya masih ditemukan<br />

88<br />

. Lihat Hermansyah, Kekerasan Dalam Perspektif Pluralisme Hukum (Studi Antropologi Hukum Terhadap Kekerasan<br />

Masyarakat Dayak Dalam Sistem Pengelolaan Hutan Di Kalimantan Barat) Disertasi, Universitas Diponegoro Semarang,<br />

2007. Hal.109-100)<br />

243 265

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!