05.05.2015 Views

Wajah Baru Agrarische Wet.pdf - Elsam

Wajah Baru Agrarische Wet.pdf - Elsam

Wajah Baru Agrarische Wet.pdf - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

masyarakat (adat) dalam mencoba mengkomunikasikan hak mereka<br />

yang dinilainya telah dirampas oleh negara yang berkelindan dengan<br />

kelompok kapitalis. 37 Terlebih kepercayaan petani akan jaminan<br />

subsistensi mulai menurun dan petani tidak mempunyai pilihan<br />

lain kecuali melawan. Keadaan inilah yang memicu timbulnya<br />

protes dan kekerasan sebagai manifestasi dari ketidakpuasan petani<br />

akibat hubungan eksploitatif yg dirasakan tidak adil. 38 Sementara<br />

perusahaan perkebunan menilai apa yang dilakukan masyarakat/<br />

petani merupakan suatu tindakan yang merugikan perusahaan dan<br />

“berakibat pada kerusakan kebun dan/atau aset lainnya, penggunaan lahan<br />

perkebunan tanpa izin dan/atau tindakan lainnya yang mengakibatkan<br />

terganggunya usaha perkebunan”. 39<br />

Oleh karenanya, apabila diperhatikan dengan seksama,<br />

kriminalisasi dan kekerasan terhadap petani/masyarakat<br />

merupakan “buah” dari konflik lama yang berulang-ulang dan tidak<br />

terselesaikan. Penangkapan dan pemenjaraan yang konsisten tiap<br />

tahunnya dilakukan oleh kepolisian terhadap petani/masyarakat<br />

yang melakukan perlawanan terhadap pihak perusahaan<br />

perkebunan merupakan salah satu strategi perusahaan dalam<br />

menaklukan perjuangan masyarakat/petani. 40<br />

Dari ratusan konflik yang terjadi, dengan berbagai pelanggaran<br />

baik yang dilakukan perusahaan maupun petani ataupun<br />

masyarakat, proses pidana hanya dilakukan terhadap petani<br />

37<br />

Keterangan Ahli DR. Hermansyah, S.H, M.Hum. berkenaan dengan Permohonan Pengujian Undang-Undang Republik<br />

Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia<br />

Tahun 1945, pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia 26 MEI 2011<br />

38<br />

Sichmen Pandiangan, Bentuk-bentuk Perlawanan Petani terhadap Negara, Jurnal Pemberdayaan Komunitas,Volume<br />

5 No. 3 halaman 302-323<br />

39<br />

Persoalan ini yang kemudian direspon dan ditindaklanjuti Pemerintah dan DPR dengan memasukkannya sebagai<br />

salah satu perbuatan yang dilarang. Rasionalitas dari “dilarangnya” perbuatan ini adalah murni kepentingan negara<br />

yang berkelindan kepentingan perusahaan. Penetapan sebagai perbuatan yang dilarang ini disebut sebagai Mala<br />

in Prohibita, yaitu penetapan perbuatan pidana dengan dasar kepentingan negara untuk mengatur bagaimana<br />

warganegaranya harus berperilaku dengan menetapkan sebuah perilaku melalui hukum pidana. Dalam konteks inilah<br />

berbagai macam pertimbangan, seperti pertimbangan ekonomi, politik, dan lain sebagainya masuk dalam hukum<br />

pidana.<br />

40<br />

Lengkapnya lihat dalam “Karang Mendapo Melawan Ketidakadilan”, <strong>Elsam</strong>-Pilnet-Sawit Watch, 2012; Pelanggaran<br />

hak asasi manusia di kawasan perkebunan kelapa sawit PT PP Lonsum Tbk-Sumatera Utara, Kertas Posisi No.1/<br />

2010, ELSAM; Pledooi (Nota Pembelaan) Penasehat Hukum Terdakwa Japin Anak Linjar & Vitalis Andi, S.Pd Anak<br />

Atai : Masyarakat Adat Menggugat Perjuangan Tanpa Akhir Melawan Ketidakadilan, Dalam Perkara Pidana Nomor:<br />

151 /Pid.B/2010/PN.KTP, 08 Februari 2011<br />

43 65

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!