25.01.2017 Views

putusanno.125.126.132145tahun2016_bawasluri_ntt_kupang

putusanno.125.126.132145tahun2016_bawasluri_ntt_kupang

putusanno.125.126.132145tahun2016_bawasluri_ntt_kupang

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SALINAN PUTUSAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU<br />

Diunduh dari laman : www.dkpp.go.id<br />

tidak melakukan pembangkangan terhadap atasan karena dalam rekomendasinya<br />

termuat kutipan poin 6 SE Bawaslu RI Nomor 0649/K.Bawaslu/PM.06.00/X/ 2016;<br />

[4.7.] Menimbang keterangan para pihak, alat bukti, dan fakta yang terungkap dalam<br />

persidangan, DKPP berpendapat tindakan Teradu II menandatangani Surat Edaran<br />

Bawaslu Nomor 0649/K.Bawaslu/PM.06.00/X/2016 atas nama Ketua telah sesuai<br />

dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Bab V Bagian A Peraturan Bawaslu Nomor<br />

9 Tahun 2015 tentang Tata Naskah Dinas Badan Pengawas Pemilihan Umum, Badan<br />

Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas<br />

Pemilihan Umum Kecamatan, yang menyatakan “Penandatangan surat dinas yang<br />

menggunakan garis kewenangan dapat dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara: a)<br />

atas nama yang disingkat (a.n.), digunakan jika pejabat yang menandatangani surat<br />

dinas telah diberi kuasa oleh pejabat yang bertanggung jawab, berdasarkan bidang tugas<br />

dan tanggung jawab pejabat yang bersangkutan”. Oleh karena Ketua Bawaslu selaku<br />

penanggung jawab segala kegiatan organisasi tidak berada di Jakarta, maka<br />

penandatanganan surat oleh Teradu II selaku Koordinator Divisi Hukum dan<br />

Penindakan Pelanggaran dengan demikian dapat dibenarkan.<br />

Berkenaan dengan penerbitan Surat Edaran Bawaslu Nomor<br />

0649/K.Bawaslu/PM.06.00/X/2016, DKPP menilai bahwa Teradu I, II, III, IV, dan V<br />

sejatinya memiliki niat baik untuk menghadirkan solusi secara segera atas persoalan<br />

menyangkut penggantian pejabat oleh Paslon petahana yang terjadi di sejumlah daerah.<br />

Namun, DKPP berpendapat bahwa niat baik Teradu I, II, III, IV, dan V tersebut tidak<br />

diiringi dengan langkah kebijakan yang tepat. Memilih untuk menerbitkan Surat Edaran<br />

daripada menetapkan suatu peraturan dengan maksud mengisi kekosongan hukum bagi<br />

suatu otoritas yang memiliki kewenangan regulatif semacam lembaga Badan Pengawas<br />

Pemilu sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 22B Undang-Undang Nomor 10 Tahun<br />

2016 tidak hanya menunjukkan kelemahan dalam hal manajemen regulasi, tetapi juga<br />

memperlihatkan celah retak dalam pemahaman mengenai asas referensi hukum dan<br />

tata kelola peraturan perundang-undangan. Hal tersebut dapat menimbulkan<br />

kebingungan dan mengganggu tertib penyelenggaraan Pemilu, terlebih pada saat aturan<br />

yang lebih tinggi telah secara limitatif menegaskan sanksi seperti halnya ketentuan Pasal<br />

71 ayat (2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016. Teradu I, II, III, IV, dan V telah<br />

bertindak tidak profesional dan melanggar asas kepastian hukum sebagaimana diatur<br />

dalam ketentuan Pasal 11 huruf a Kode Etik Penyelenggara Pemilu.<br />

Berkenaan dengan penerbitan Surat Nomor 264/Bawaslu-Prov/NTT/XI/2016<br />

tanggal 11 November 2016 perihal Penerusan Pelanggaran Administrasi Pemilu Tindak<br />

Lanjut Surat Bawaslu RI Nomor 1151/K.Bawaslu/KP.04.01/XI/2016 oleh Teradu VI,<br />

VII, dan VIII yang pada pokoknya membatalkan Putusan Sengketa Panwaslu Kota<br />

Salinan putusan ini tidak bisa dipergunakan sebagai rujukan resmi atau alat bukti.<br />

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Sekretaris Persidangan DKPP RI, Jl. MH. Thamrin No. 14, Jakarta Pusat 10350, Telp. (021) 31922450, Fax. (021) 3192245, Email: info@dkpp.go.id

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!