teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 2 smk
teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 2 smk
teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 2 smk
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Gambar 6.19<br />
Treatment Analysis yang digunakan adalah GC<br />
(Gas Chromatography) <strong>dan</strong> HPLC (Hight<br />
Performance Liquid Chromatography). Kedua<br />
alat ini digunakan untuk menganalisis berbagai<br />
bahan yang digunakan untuk perlakuan <strong>benih</strong>.<br />
Teknik <strong>produksi</strong> padi lokal <strong>dan</strong><br />
hasil introduksi masih belum cukup<br />
untuk mengatasi hal tersebut, oleh<br />
sebab itu dibutuhkan alternatif baru<br />
yaitu <strong>produksi</strong> <strong>benih</strong> padi hibrida.<br />
Pada prinsip rangkian proses<br />
<strong>produksi</strong> <strong>benih</strong> padi hibrida sama<br />
dengan <strong>produksi</strong> <strong>benih</strong> padi<br />
bersetifikat. Perbedaan terdapat<br />
pada tahapan penyiapan galur induk<br />
jantan <strong>dan</strong> betina yang beasal dari<br />
jenis yang berbeda sifat genetiknya.<br />
Sebagai contoh adalah jantan<br />
mempunyai sifat genetik <strong>produksi</strong>nya<br />
tinggi (diatas 5 ton per hektar)<br />
se<strong>dan</strong>gkan induk betina mempunyai<br />
sifat genetik enak rasanya. Pada<br />
umumnya persilangan kedua galur<br />
jantan <strong>dan</strong> betina ini sudah diuji<br />
berulang kali melalui penelitian yang<br />
panjang. Teknologi <strong>produksi</strong> <strong>benih</strong><br />
hibrida sangat berbeda dari varietas<br />
non hibrida. Benih hibrida harus<br />
di<strong>produksi</strong> setiap musim tanam, <strong>dan</strong><br />
dipertahankan kemurnian<br />
genetiknya hingga lebih dari 98%<br />
agar dicapai hasil yang<br />
memuaskan.<br />
Sebagai contoh kasus <strong>produksi</strong><br />
<strong>benih</strong> hibrida akan disampaikan<br />
berdasarkan hasil penelitian IRRI<br />
(International Rice Research<br />
Institute) yang berlokasi di Filipina<br />
yaitu varietas Magat (PSB Rc26H,<br />
lama penanaman 110 hari dengan<br />
rata-rata <strong>produksi</strong> 5.6 ton/ha),<br />
Metsizo (PSB Rc72H dengan waktu<br />
penanaman 123 hari <strong>dan</strong> rata-rata<br />
hasil 5.4 t/ha) <strong>dan</strong> Panay (PSB<br />
Rc76H dengan waktu penanaman<br />
selama 106 hari <strong>dan</strong> hasil <strong>produksi</strong><br />
rata-rata 4.8 t/ha).<br />
Benih padi hibrida dihasilkan<br />
ketika sel telur dari induk betina<br />
dibuahi oleh serbuksari dari anther<br />
varietas yang berbeda atau galur<br />
yang digunakan sebagai induk<br />
jantan. Hasil persilangan kedua<br />
induk tersebut disebut sebagai First<br />
Generation atau turunan generasi<br />
pertama atau first filial generation<br />
<strong>dan</strong> dikenal dengan istilah (F1)<br />
yang merupakan hasil penyilangan<br />
antara dua varietas padi yang<br />
berbeda secara genetik. Padi<br />
hibrida pada umumnya memberi<br />
peluang hasil <strong>produksi</strong> yang lebih<br />
tinggi. Meurut IRRI (2006) Benih<br />
padi hibrida F1 menghasilkan<br />
keuntungannya sekitar 10-15%<br />
dibandingkan dengan varietas yang<br />
dihasilkan melalui persilangan<br />
sendiri. Menghadapi kondisi lahan<br />
budidaya padi yang semakin<br />
menyempit, maka penggunaan<br />
256