02.07.2013 Views

teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 2 smk

teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 2 smk

teknik pembibitan tanaman dan produksi benih jilid 2 smk

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

perbanyakan tersebtit disebut sebagal<br />

kalus (callus).<br />

Selanjutnya, pada tahun 1950,<br />

Georges Morel yang bekeja sama<br />

dengan Gautheret berhasil melakukan<br />

perbanyakan jaringan tumbuhan<br />

monokotil dengan menggunakan<br />

meristem. Bahkan pada tahun 1952<br />

Morel <strong>dan</strong> Martin berhasil<br />

mengembang-kan <strong>teknik</strong> kultur<br />

meristem Dahlia <strong>dan</strong> memperoleh tunas<br />

yang bebas virus <strong>dan</strong> pada tahun 1955<br />

mereka dapat mengembangkan kultur<br />

<strong>tanaman</strong> kentang yang bebas virus.<br />

Penelitian-penelitian selanjutnya<br />

membuka kemungkinan penerapan<br />

<strong>teknik</strong> kultur sel atau jaringan untuk<br />

berbagai macam <strong>tanaman</strong> yang<br />

akhimya memberikan pengaruh besar<br />

dalam pengembangan bioteknologi<br />

<strong>tanaman</strong>.<br />

Pada tahun 1901 Morgan<br />

mengemukakan bahwa setiap sel<br />

mempunyai kemampuan untuk<br />

berkembang menjadi suatu jasad hidup<br />

yang lengkap melalui proses<br />

regenerasi. Kemampuan ini oleh<br />

Morgan disebut sebagai totipotensi<br />

(totipotency). Konsep totipotensi<br />

tersebut mempunyal makna sa-ngat<br />

penting dalam bi<strong>dan</strong>g kultur jaringan.<br />

Istilah kultur jaringan mengacu pada<br />

<strong>teknik</strong> untuk menumbuhkan jasad<br />

multiselular dalam medium padat<br />

maupun cair menggunakan jaringan<br />

yang diambil dari jasad tersebut.<br />

Teknik kultur jaringan tersebut<br />

dilakukan sebagal altematif<br />

perbanyakan <strong>tanaman</strong> bukan dengan<br />

menggunakan media tanah, melainkan<br />

dalam medium buatan di dalam tabung.<br />

Tehnik ini sekarang sudah berkembang<br />

luas sehingga bagian <strong>tanaman</strong> yang<br />

digunakan sebagai bahan awal<br />

perbanyakan tidak hanya berupa<br />

jaringan melainkan juga dalam bentuk<br />

sel sehingga juga dikenal <strong>teknik</strong> kultur<br />

sel. Oleh karena itu <strong>teknik</strong> ini secara<br />

umum disebut sebagai <strong>teknik</strong> kultur invitro.<br />

a. Teknik Dasar Kultur In-Vitro<br />

Tanaman<br />

Kultur in-vitro <strong>tanaman</strong><br />

memerlukan beberapa komponen<br />

utama, yaitu: (1) bahan awal (starting<br />

materials), (2) media yang sesuai, (3)<br />

tempat kultivasi. Bahan awal yang<br />

dapat diguna kultur in-vitro <strong>tanaman</strong><br />

bermacam-macam, antara lain:<br />

batang, tunas apikal <strong>dan</strong> axilari (apical<br />

and axillary buds), petiole, pollen,<br />

petal, ovule, akar <strong>dan</strong> lain-lain.<br />

Bagian <strong>tanaman</strong> digunakan sebagai<br />

bahan awal kultur in-vitro disebut<br />

sebagai eksplan (explant).<br />

Gambar 8.13<br />

Proses kultur in-vitro pada <strong>tanaman</strong><br />

Untuk mengembangkan <strong>tanaman</strong><br />

secara in vitro sampai menjadi plantlet<br />

<strong>dan</strong> akhirnya menjadi <strong>tanaman</strong><br />

lengkap yang siap dipindah ke<br />

medium tanah, maka terdapat<br />

beberapa tahapan utama yang harus<br />

dilakukan, yaitu: (1) pemilihan sumber<br />

<strong>tanaman</strong> yang akan digunakan<br />

sebagai bahan awal Jaringan<br />

meristem, eksplan, <strong>dan</strong> lain-lain), (2)<br />

penanaman pada medium yang<br />

311

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!