edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI
edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI
edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Fokus Utama<br />
KIPRAH DEPARTEMEN AGAMA<br />
PASCA PROGRAM 100 HA<strong>RI</strong> PERTAMA<br />
Seratus menjadi angka penting di<br />
awal pemerintahan Kabinet Indonesia<br />
Bersatu (KIB). Hal ini<br />
seperti penetapan 100 hari pertama<br />
sebagai periode pencapaian target tertentu.<br />
Menurut editorial Media Indonesia<br />
(26/10/2004), ada beberapa alasan<br />
100 hari pertama menjadi amat penting.<br />
Pertama, ini adalah akibat dari<br />
publik yang semakin cerewet terhadap<br />
kinerja pemerintah. Kedua, belajar dari<br />
pengalaman masa lalu, publik menuntut<br />
janji-janji kampanye ke dalam komitmen.<br />
Dan, ketiga, masyarakat kita<br />
umumnya memiliki memori pendek sehingga<br />
lebih gampang mengingat target<br />
dan pencapaian 100 hari daripada<br />
lima tahunan.<br />
Karena itu, dalam 100 hari pertama<br />
pemerintahan KIB diharapkan terdapat<br />
titik temu. Pertemuan antara rakyat<br />
yang semakin kritis dan pemerintah<br />
yang mau tidak mau harus taat pada<br />
janji-janjinya. Presiden sendiri bersifat<br />
proaktif dalam mewujudkan titik temu<br />
tersebut. Hal ini seperti dilakukannya<br />
dengan mengadakan pertemuan beserta<br />
100 ulama pada Ramadlan yang<br />
lalu. Pertemuan tersebut diharapkan<br />
dapat menjadi langkah awal secara<br />
bersama antara pemerintah dengan<br />
masyarakat, khususnya umat Islam,<br />
dalam mengatasi permasalahan yang<br />
dihadapi bangsa Indonesia.<br />
Dalam hal ini, Departemen <strong>Agama</strong><br />
yang memiliki tugas pokok untuk menyelenggarakan<br />
sebagian tugas umum<br />
pemerintah dan pembangunan di bi-<br />
Fokus Pengawasan, Nomor 4 <strong>Tahun</strong> I Triwulan IV 2004<br />
dang agama, memiliki peran yang strategis<br />
dalam mengatasi permasalahan<br />
bangsa tersebut. Namun, terlebih dahulu<br />
Depag dituntut untuk melakukan<br />
perubahan internal di lingkungan Depag<br />
sendiri. Berkenaan dengan hal ini,<br />
Menteri <strong>Agama</strong> Muhammad Maftuh<br />
Basyuni mengatakan, Depag harus diubah<br />
dari citranya yang sekarang menjadi<br />
sebaliknya dan menjadi contoh<br />
bagi departemen lainnya. Sebagai<br />
departemen yang mengurusi agama,<br />
maka itu berarti mengajak orang untuk<br />
berbuat kebaikan. (Pelita, 25/10/2004).<br />
Sebagai konsekuensi dari usaha perbaikan<br />
internal tersebut, Menag pun<br />
siap melakukan tindakan tegas kepada<br />
pegawai Depag berdasarkan perbuatan<br />
yang dilakukan. "Saya ahli memecat<br />
orang. Waktu menjadi Dubes 9<br />
orang saya pecat". Tutur Menag usai<br />
serah terima jabatan. (Tempointeraktif.com,<br />
22/10/2004)<br />
Adapun dalam tugasnya sebagai<br />
penyelenggara pembangunan di bidang<br />
agama, menurut Thoifuri dosen<br />
Sekolah Tinggi <strong>Agama</strong> Islam (STAIN)<br />
Kudus, Depag dihadapkan pada problematika<br />
keagamaan dan keberagamaan<br />
yang sangat berat. Problematika<br />
keagamaan dapat dimaknai bahwa<br />
para pemeluk agama, terutama Islam,<br />
masih banyak yang belum menjalankan<br />
ajaran Islam. Sedangkan problematika<br />
keberagamaan adalah masih<br />
sedikit umat Islam yang menjalankan<br />
interaksi sosial antar sesamanya dalam<br />
mewujudkan kehidupan berbang-