edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI
edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI
edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Renungan<br />
Prospek Dinar dan Dirham di Indonesia<br />
Banyak orang -juga para ekonombiasanya<br />
mencurahkan perhatian<br />
pada berhentinya pasar bebas<br />
dan mata uang. Mereka menegaskan,<br />
mata uang mempunyai masalah<br />
yang berbeda karena harus disuplai<br />
dan dibuat regulasinya oleh pemerintah.<br />
Mereka tidak berfikir bahwa sebenarnya<br />
kontrol negara terhadap uang<br />
justru merupakan bentuk interfensi di<br />
dalam pasar bebas, bahkan mungkin<br />
pasar bebas mata uang itu sendiri pun<br />
tidak pernah terpikirkan oleh mereka.<br />
Dan, sekaranglah waktunya untuk<br />
kembali kepada yang sangat fundamental<br />
dalam ekonomi yakni mata<br />
uang. Mari kita tanyakan pada diri sendiri<br />
"dapatkah uang diatur berdasarkan<br />
prinsip-prinsip kebebasan? Dapatkah<br />
kita mempunyai mata uang sebagai<br />
trading currency yang bebas, seperti<br />
bebasnya pasar barang dan jasa? Lalu<br />
seperti apa bentuk mata uang tersebut?<br />
Serta efek apa yang terjadi disebabkan<br />
berbagai kontrol pemerintah?<br />
Bila kita menginginkan trading currency<br />
menuju arah yang lain, maka tugas<br />
terpenting kita adalah menggali dan<br />
menemukan mata uang sebagai alat<br />
trading currency secara bebas.<br />
Pada aspek teori August Frederick<br />
Von Hayek seorang penasehat ekonomi<br />
kenamaan Margareth Tathcher mengatakan,<br />
uang dimulai dari pertukaran-pertukaran<br />
tanpa paksaan di pasar.<br />
Tidak ada kontral sosial atau keputusan<br />
pemerintah yang membuat<br />
uang bernilai beli. Semua terjadi secara<br />
alami dikarenakan pertumbuhan individu-individu<br />
dalam pencapaian mo-<br />
Fokus Pengawasan, Nomor 4 <strong>Tahun</strong> 1 Triwulan IV 2004<br />
tif-motif ekonomi yang tentu saja lebih<br />
kompleks dari sekedar barter.<br />
Uang hanya bermanfaat melalui<br />
definisi yang fiks dan berakar pada komoditi<br />
yang paling pas untuk kepentingan<br />
moneter ditambah dengan sistem<br />
hukum yang melindungi kontrakkontrak<br />
transaksi perdagangan serta<br />
memberi hukuman terhadap pencurian<br />
dan penipuan. Hingga di dalam pasar<br />
bebas meniscayakan kecenderungan<br />
menggunakan kembali standar emas<br />
dan perak sebagai mata uang.<br />
Kedudukan Indonesia dengan potensi<br />
cadangan emas yang menjanjikan,<br />
maka program memasyarakatkan<br />
emas kepada masyarakat sebagai tanda<br />
kemakmuran suatu bangsa patut terus<br />
digalakkan antara lain dengan<br />
penggunaan uang emas dinar. Emas<br />
masih tetap dipercayai tahan terhadap<br />
inflasi dan sangat likuid. Kapan saja<br />
kita memerlukan dana segar, bisa segera<br />
dicairkan.<br />
Secara implementatif bisnis dinardirham<br />
mempunyai prospek yang signifikan<br />
bila dilihat dari naiknya beberapa<br />
indikator ekonomi makro di Indonesia.<br />
Oleh karenanya, suatu pengelolaan<br />
bisnis yang profesional mutlak diperlukan<br />
guna sustainability dari investasi<br />
dan goodwill dinar-dirham. 3 (nk)<br />
Dirangkum dari sambutan Menteri<br />
Negara BUMN Sugiharto selaku Koordinator<br />
Presidium Forum Penggerak Dinar-Dirham<br />
Indonesia (Forindo) pada "Silaturrahim<br />
dan Halal Bihalal Forindo", di Jakarta,<br />
25 November 2004.