08.08.2013 Views

edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI

edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI

edisi 4 Tahun 2004.pdf - Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kan dengan akhlak (perbuatan) yang<br />

benar. Karena itu, akhlak terjadi melalui<br />

sejauhmana hubungan antara<br />

makhluk dengan khaliknya.<br />

Dalam hal ini, Abu Hanifah yang<br />

dikenal dengan sebutan Imam Hanafi<br />

merupakan salah satu sosok seorang<br />

murid yang berakhlak mulia. Hal ini seperti<br />

yang pernah dikatakannya, "Aku<br />

dapat memperoleh ilmu dengan bersyukur<br />

mengucapkan alhamdulillah.<br />

Setiap kali aku paham dan menguasai<br />

fiqih dan hikmah pastilah aku ucapkan<br />

alhamdulillah. Maka ilmuku selalu bertambah."<br />

Dengan demikian, bila seorang<br />

guru berhasil mendidik dan memberi<br />

keteladanan kepada muridnya dengan<br />

baik dan benar, maka muridnya akan<br />

mampu bersyukur baik dengan lisan,<br />

hati, perbuatan dan hartanya. Ia pun<br />

benar-benar akan menyadari, bahwa<br />

kepahaman, ilmu, dan taufik adalah<br />

dari Allah ta'ala. Si murid pun akan<br />

mengakui bahwa hanya Allah Yang<br />

Maha Kuasa. Ia pun sekali-kali tidak<br />

akan berpegang teguh kepada kemampuan<br />

diri dan akalnya saja tetapi<br />

menyerahkan segalanya kepada Allah<br />

dan memohon kebenaran dari-Nya.<br />

Berdasarkan paparan di atas, pengenalan<br />

terhadap Allah akan menentukan<br />

sejauh mana akhlak seorang<br />

manusia. Bila seseorang, sekelompok<br />

orang, atau seluruh manusia memilki<br />

akhlak yang baik dan benar, maka ia<br />

akan mengenal Allah itu adalah satusatunya<br />

rabbul 'alamin (pengatur semesta<br />

alam). Mereka pun akan diberi<br />

kemampuan oleh Allah untuk mengatur<br />

alam ini. Sebaliknya, bila manusia tidak<br />

mau mengenal Allah atau salah<br />

PPA<br />

Fokus Pengawasan, Nomor 4 <strong>Tahun</strong> I Triwulan IV 2004<br />

dalam mengenal-Nya, maka manusia<br />

tidak akan mampu mengatur bahkan<br />

justru akan menjadi perusak alam ini.<br />

Dalam hal ini, segelintir ulama<br />

yang datang ke Nusantara pada abad<br />

ke-7 yang silam merupakan salah satu<br />

dari sekelompok orang yang mampu<br />

mengenal Allah dengan baik dan benar.<br />

Mereka pun mewariskan ilmu tauhid<br />

yang mereka pelajari kepada generasi<br />

selanjutnya secara turun-temurun.<br />

Hingga secara bertahap, mereka dapat<br />

mewujudkan ajaran Islam yang berisi<br />

rahmat bagi semesta alam. Selanjutnya,<br />

mereka berhasil mempersatukan<br />

penduduk Nusantara yang terdiri<br />

dari sekian pulau, budaya, dan bahasa<br />

serta berbagai keanekaragamaan lainnya<br />

ke dalam satu wilayah. Mereka<br />

juga tidak memaksakan kehendaknya<br />

kepada penganut agama lain untuk<br />

memasuki agama Islam, sebagaimana<br />

perintah Allah, "Tidak ada paksaan dalam<br />

agama (Islam)." Pada akhirnya Islam<br />

menjadi agama yang dianut sebagian<br />

besar penduduk di Nusantara,<br />

meskipun letaknya sangat jauh dari<br />

Arab yang penduduknya kemudian terpecah<br />

ke dalam berbagai negara meskipun<br />

satu bahasa dan satu daratan.<br />

Para ulama berjuang selama tiga<br />

setengah abad lamanya untuk mempertahankan<br />

Nusantara ini dari penjajah<br />

Portugis, Belanda, dan Jepang<br />

yang berusaha mengambil kekayaan<br />

alam di Nusantara ini dengan cara<br />

yang bathil. Semua itu mereka lakukan<br />

demi mempertahankan ajaran Islam<br />

yang memberi rahmat, bukan hanya<br />

kepada umat Islam saja juga kepada<br />

umat lainnya, kepada binatang, dan<br />

pepohonan, khususnya yang ada di

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!