You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
internasional<br />
Aku bisa hidup tanpa<br />
Rolls-Royce. Tapi<br />
sekarang sulit<br />
bertahan hidup tanpa<br />
senjata.”<br />
Perang tak cuma butuh nyali, tapi juga amunisi<br />
dan “gizi”. Di Ukraina, sebagian juragan kaya<br />
raya, seperti Ihor Kolomoisky, Rinat Akhmetov,<br />
dan Konstantinovsky bersaudara, tak sayang<br />
menggelontorkan duit kepada para relawan<br />
seperti Ruslan supaya mereka tak kekurangan<br />
amunisi dan “gizi” saat berperang melawan<br />
milisi pro-Rusia.<br />
“Jika kita hanya duduk berpangku tangan<br />
sembari menikmati hidup, perang akan mendatangi<br />
kita,” kata Vyacheslav<br />
Konstantinovsky, miliarder<br />
pemilik perusahaan konstruksi<br />
dan jaringan restoran<br />
di Ukraina. Penampilan Vyacheslav<br />
tak seperti orang kaya<br />
pada umumnya. Kepalanya<br />
plontos, badannya liat berotot<br />
dengan tato di beberapa<br />
tempat. Sebelum menjadi<br />
pengusaha, dia pernah berdinas di militer Rusia.<br />
Sebagai mantan prajurit, dia khawatir melihat<br />
pasukan Ukraina yang kurang pengalaman dan<br />
minim peralatan tempur. Untuk melengkapi peralatan<br />
tempur pasukan Ukraina, Vyacheslav dan<br />
saudara laki-lakinya, Oleksandr Konstantinovsky,<br />
menyumbangkan ratusan ribu dolar AS. Bahkan<br />
Vyacheslav rela menjual mobil mewahnya, Rolls-<br />
Royce Phantom, dan menukarnya dengan alat<br />
tempur.<br />
“Aku bisa hidup tanpa Rolls-Royce. Tapi sekarang<br />
sulit bertahan hidup tanpa senjata,” kata<br />
Vyacheslav, 53 tahun, pekan lalu. Tak hanya<br />
menyumbangkan duit, Vyacheslav juga urun<br />
tenaga dan bertaruh nyawa dengan bergabung<br />
dengan batalion relawan pro-Kiev.<br />
“Jika kita tak berperang, kita akan dilecehkan<br />
dan kita akan hidup di negara seperti<br />
sebelumnya. Negara yang korup, pemerintah<br />
yang merampok bisnis, dan memenjarakan<br />
orang tanpa alasan.” Dia beberapa kali ikut<br />
bertempur di sekitar Kota Donetsk, tapi masih<br />
berniat kembali lagi ke garis depan. “Tentu<br />
saja aku khawatir,” kata Vyacheslav. Dia telah<br />
mengirimkan istri dan anak-anaknya keluar<br />
dari Ukraina.<br />
Dia hanya berharap, perang cepat usai dan lahir<br />
Ukraina baru yang lebih kuat dengan orangorang<br />
kaya seperti dia lebih banyak lagi. “Tapi<br />
tentu saja, pertama, kita harus menyelesaikan<br />
Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014