02.01.2015 Views

20140825_MajalahDetik_143

20140825_MajalahDetik_143

20140825_MajalahDetik_143

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

internasional<br />

Aku bisa hidup tanpa<br />

Rolls-Royce. Tapi<br />

sekarang sulit<br />

bertahan hidup tanpa<br />

senjata.”<br />

Perang tak cuma butuh nyali, tapi juga amunisi<br />

dan “gizi”. Di Ukraina, sebagian juragan kaya<br />

raya, seperti Ihor Kolomoisky, Rinat Akhmetov,<br />

dan Konstantinovsky bersaudara, tak sayang<br />

menggelontorkan duit kepada para relawan<br />

seperti Ruslan supaya mereka tak kekurangan<br />

amunisi dan “gizi” saat berperang melawan<br />

milisi pro-Rusia.<br />

“Jika kita hanya duduk berpangku tangan<br />

sembari menikmati hidup, perang akan mendatangi<br />

kita,” kata Vyacheslav<br />

Konstantinovsky, miliarder<br />

pemilik perusahaan konstruksi<br />

dan jaringan restoran<br />

di Ukraina. Penampilan Vyacheslav<br />

tak seperti orang kaya<br />

pada umumnya. Kepalanya<br />

plontos, badannya liat berotot<br />

dengan tato di beberapa<br />

tempat. Sebelum menjadi<br />

pengusaha, dia pernah berdinas di militer Rusia.<br />

Sebagai mantan prajurit, dia khawatir melihat<br />

pasukan Ukraina yang kurang pengalaman dan<br />

minim peralatan tempur. Untuk melengkapi peralatan<br />

tempur pasukan Ukraina, Vyacheslav dan<br />

saudara laki-lakinya, Oleksandr Konstantinovsky,<br />

menyumbangkan ratusan ribu dolar AS. Bahkan<br />

Vyacheslav rela menjual mobil mewahnya, Rolls-<br />

Royce Phantom, dan menukarnya dengan alat<br />

tempur.<br />

“Aku bisa hidup tanpa Rolls-Royce. Tapi sekarang<br />

sulit bertahan hidup tanpa senjata,” kata<br />

Vyacheslav, 53 tahun, pekan lalu. Tak hanya<br />

menyumbangkan duit, Vyacheslav juga urun<br />

tenaga dan bertaruh nyawa dengan bergabung<br />

dengan batalion relawan pro-Kiev.<br />

“Jika kita tak berperang, kita akan dilecehkan<br />

dan kita akan hidup di negara seperti<br />

sebelumnya. Negara yang korup, pemerintah<br />

yang merampok bisnis, dan memenjarakan<br />

orang tanpa alasan.” Dia beberapa kali ikut<br />

bertempur di sekitar Kota Donetsk, tapi masih<br />

berniat kembali lagi ke garis depan. “Tentu<br />

saja aku khawatir,” kata Vyacheslav. Dia telah<br />

mengirimkan istri dan anak-anaknya keluar<br />

dari Ukraina.<br />

Dia hanya berharap, perang cepat usai dan lahir<br />

Ukraina baru yang lebih kuat dengan orangorang<br />

kaya seperti dia lebih banyak lagi. “Tapi<br />

tentu saja, pertama, kita harus menyelesaikan<br />

Majalah detik 25 - 31 AGUSTUS 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!