02.01.2015 Views

20140825_MajalahDetik_143

20140825_MajalahDetik_143

20140825_MajalahDetik_143

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

seni hiburan<br />

teater<br />

Pesisir<br />

mengingatkan<br />

kembali bahwa<br />

Indonesia punya<br />

budaya pesisir<br />

yang luar biasa<br />

banyak didukung<br />

karakter orangorangnya<br />

yang<br />

terbuka, jujur,<br />

keras, dan<br />

bersahaja.<br />

Pesisir mengingatkan kembali bahwa Indonesia<br />

punya budaya pesisir yang luar biasa banyak<br />

didukung karakter orang-orangnya yang terbuka,<br />

jujur, keras, dan bersahaja. Pantai adalah<br />

pintu masuk pergaulan budaya. Suasana dan<br />

elemen-elemen pesisir, semangat, kemeriahan,<br />

dan keterbukaannya menjadi watak yang kuat<br />

dalam komposisi ini.<br />

“Pesisir adalah kita, yang menyisir dari pinggir,<br />

untuk merasuk ke substansi. Jadi, kalau<br />

memang ada yang punya gagasan mengembangkan<br />

budaya maritim, memang pas orang<br />

itu.” Bisa ditebak, kalimat barusan mengacu ke<br />

siapa walau Djaduk tidak mengucapkan.<br />

Jika dulu orang berpikir tentang samudra,<br />

tentang hal-hal besar, sekarang orang berpikir<br />

tentang budaya korupsi dan pintu yang<br />

terbuka bagi provokator. Kekhawatiran ini dia<br />

tuangkan dengan memelesetkan lirik lagu Nenek<br />

Moyangku Seorang Pelaut jadi begini: nenek<br />

moyangku provokator//gemar merawat prilaku<br />

kotor//ngga mau kalah malah melapor//senangnya<br />

mengutip kata-kata “bocor”.<br />

Angop (bahasa Jawa, tidur) adalah komposisi<br />

paling unik dari semua repertoar malam itu karena<br />

menggunakan klenengan sapi sebagai instrumen<br />

utama. Klenengan (genta yang disambung<br />

tali, diikatkan ke leher sapi) digenggam<br />

tiga pemain: Djaduk, Purwanto, dan Sukoco.<br />

Bertiga mereka duduk berjajar.<br />

Djaduk hanya memegang satu klenengan,<br />

sedangkan dua lainnya memegang dua<br />

klenengan di tangan kanan dan kiri. Satu per<br />

satu klenengan, yang masing-masing punya<br />

nada berbeda, dibunyikan, membentuk melodi<br />

lembut. Pas sebagai pengiring tidur.<br />

Tidurnya siapa Tidurnya wakil rakyat saat<br />

bersidang di gedung parlemen. “Hoaaam” di<br />

sini disahut “hoaaam” di sana. “Cangkem (mulut,<br />

red.)-nya itu lo, menganga. Secara visual sangat<br />

kontemporer. Makanya komposisi ini saya<br />

sebut Angop.”<br />

Berlanjut ke Swarnadwipa dengan tiupan<br />

serunai memikat, mengantar cerita tentang<br />

sejarah panjang Bukit Barisan dan kekayaan<br />

tradisi Pulau Emas yang tak akan habis digali.<br />

Lalu Barong yang dinamis, mengentak-entak<br />

layaknya gerakan tari topeng yang magis.<br />

Di antara dua nomor itu, Djaduk menyelipkan<br />

Demen Becik Rukun Seger Waras yang baru<br />

dibuat 10 hari sebelum konser. Komposisi ini<br />

inspirasinya didapat sewaktu dia ke Blora dan<br />

Majalah detik 25 - 31 agustus 2014

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!