02.07.2013 Views

Dewi - UNS

Dewi - UNS

Dewi - UNS

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Paman, Bibi, dan Skolong tentu sangat sedih. Mereka tak habis pikir atas<br />

kelahiran si Cue. Tapi bagaimanapun makhluk itu adalah anak mereka. Mereka<br />

harus menerima dengan ikhlas. Lebih-lebih si Cue bisa bicara layaknya manusia.<br />

Mereka berharap Skolong tetap bersedia menerima Cue sebagai calon<br />

istrinya. Namun, pemuda itu tidak mau. Skolong pun berniat untuk kembali ke<br />

rumah ibunya.<br />

"Kakak Skolong," kata Cue, "kalau kau kembali ke rumah ibumu, aku juga<br />

ikut."<br />

"Adik Cue! Jangan ikut aku!" kata Skolong. "Walaupun kau larang aku<br />

tetap pergi bersamamu."<br />

"Aku akan bunuh kamu di jalan!" kata Skolong. "Walaupun aku dibunuh,<br />

aku tetap mengikutimu dan membantu ibumu," kata Cue.<br />

"Ibuku tidak suka padamu karena kamu sebuah cue. Badanmu tidak<br />

berbentuk, kaki dan tanganmu tidak ada. "Bagaimana kamu bisa membantu<br />

ibuku? Lagi pula, badanmu kotor dan penuh bulu," demikian kata-kata Skolong.<br />

Sambil berkata begitu, Skolong berkemas-kemas untuk segera kembali ke<br />

rumah orang tuanya. Si Cue pun ikut berkemas-kemas. Si Cue tidak malu dan<br />

tidak sakit hati sekalipun diejek oleh Skolong.<br />

Skolong Reba Todo berjalan menuju ke kampungnya. Sekitar lima belas<br />

meter di belakangnya menyusul pula si Cue hendak menuju ke kampung Skolong.<br />

Di tengah perjalanan, kadang-kadang si Cue bergulir mendahului si Skolong,<br />

tetapi Skolong tidak mengetahuinya. Skolong mengira bahwa si Cue masih berada<br />

di belakangnya, tahu-tahu si Cue berada di depannya. Jika si Cue sedang berada<br />

di depan, seolah-olah Skolong melihat rombongan manusia yang berjalan dari<br />

arah berlawanan. Sebenarnya, rombongan itu adalah rombongan si Cue, tetapi<br />

skolong tidak mengenalnya. Ketika Skolong berpapasan dengan rombongan<br />

itu, beberapa orang bertegur sapa dengan Skolong.<br />

"Tuan-tuan, ada sebuah Cue yang mengikuti saya, kalau tuan-tuan<br />

melihatnya, bunuh saja atau lemparkan cue itu ke jurang yang gelap," pinta<br />

Skolong kepada rombongan tersebut.<br />

Setiap ada perjumpaan seperti itu, Skolong dilirik seorang gadis cantik yang<br />

ada dalam rombongan. Dalam sekejap mata gadis cantik itu berlalu bersama<br />

dengan rombongannya, dan saat itu juga Skolong mendengar nyanyian seorang<br />

gadis. "Wahai Skolong, dalam perjalananmu yang jauh, kau lalui beberapa<br />

kampung, kau pandangi seorang gadis, betapa cintaku padamu, aku rindu<br />

belaianmu."<br />

Mendengar suara nyanyian itu, Skolong diam sejenak. Dipandanginya alam<br />

di sekitarnya, barangkali di sana ada seorang gadis yang sedang bernyanyi.<br />

Akan tetapi, di sekitarnya tiada seorang manusia pun. Yang ada hanyalah burungburung<br />

berkicau. Skolong pun menoleh ke arah si Cue, siapa tahu si Cue juga<br />

bisa menyanyi. Akan tetapi, si Cue tak kelihatan.<br />

Keluarga Skolong sibuk menyiapkan segala sesuatu. Mereka mengira bahwa<br />

Skolong akan datang bersama istrinya. Begitu pemuda itu masuk kampung,<br />

66 Aktif Berbahasa Indonesia Kelas VII SMP/MTs

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!