Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX<br />
pemerintah. Presiden Soekarno memerintahkan<br />
Brigjen Sabur (Komandan Resimen Cakrabirawa)<br />
untuk menyusun konsep surat perintah kepada<br />
Letjen Soeharto. Supersemar ini diberikan untuk<br />
memulihkan keamanan dan ketertiban serta menjaga<br />
wibawa pemerintah. Dalam menjalankan tugas,<br />
penerima mandat diharuskan melaporkan segala<br />
sesuatu kepada Presiden sebagai pemberi<br />
mandat. Tanggal 11 Maret 1966 dianggap sebagai<br />
titik awal/tonggak sejarah lahirnya Orde Baru.<br />
Supersemar mengandung beberapa pokok pikiran<br />
sebagai berikut.<br />
Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu,<br />
untuk terjaminnya keamanan dan ketertiban<br />
serta kestabilan jalannya pemerintahan dan<br />
jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan<br />
pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/<br />
Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/<br />
Mandataris MPRS demi keutuhan Bangsa dan<br />
Negara Republik Indonesia.<br />
Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah<br />
dengan panglima-panglima angkatan lain dengan<br />
sebaik-baiknya.<br />
Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkutan<br />
dalam tugas dan tanggung jawabnya<br />
seperti tersebut di atas.<br />
Surat perintah tersebut malam itu juga diterima<br />
oleh Letjen Soeharto. Dengan surat perintah tersebut<br />
Soeharto bebas untuk bertindak mengatasi<br />
keadaan.<br />
236<br />
B. Tindak lanjut pengemban<br />
Supersemar<br />
Pengemban Supersemar terlebih dahulu menandatangani<br />
Surat Keputusan Presiden No.1/3/<br />
1966, tertanggal 12 Maret 1966 atas nama Presiden/<br />
Panglima Tertinggi ABRI/Mandataris MPRS/PBR,<br />
yakni sebagai berikut.<br />
Membubarkan PKI beserta ormas-ormasnya<br />
dan menyatakannya sebagai partai terlarang,<br />
terhitung sejak 12 Maret 1966.<br />
Mengamankan menteri yang terlibat ataupun<br />
mendukung G 30 S/PKI (di antaranya Dr. Subandrio<br />
dan Chairul Saleh).<br />
Memurnikan MPRS dan lembaga negara lainnya<br />
dari unsur PKI dan menempatkan peranan<br />
lembaga-lembaga itu sesuai dengan UUD 1945.<br />
Presiden Soekarno tetap menjabat sebagai<br />
kepala negara dan kepala pemerintahan. Pada tanggal<br />
22 Juni 1966, Presiden Soekarno mengucapkan<br />
pidato pertanggungjawaban di depan Sidang MPRS.<br />
Pidato Presiden yang dikenal dengan nama Pidato<br />
Nawaksara ini ditolak oleh MPRS.<br />
C. Sidang MPRS 1966<br />
Pasca Supersemar, MPRS mulai membangun<br />
citranya sebagai lembaga tertinggi negara yang<br />
mampu menjalankan fungsinya berdasarkan UUD<br />
1945. MPRS mengadakan sidang yang dipimpin<br />
ketuanya, Jenderal A. H. Nasution. Sidang berlangsung<br />
antara tanggal 20 Juni–5 Juli 1966.<br />
Gambar 7.1.1<br />
Sidang Umum MPRS (tanggal 20 Juni - 5 Juli 1966) meng-hasilkan beberapa keputusan penting yang mempengaruhi<br />
jalannya negara Indonesia pasca G 30 S/PKI.<br />
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka.