Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ilmu Pengetahuan Sosial 3 untuk SMP/MTs Kelas IX<br />
Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1<br />
Gambar 2.2.8 Suasana setelah pemungutan suara terakhir pada tanggal 2 Juni 1959. Keesokan harinya Konstituante<br />
mengadakan reses, yang ternyata untuk selamanya.<br />
Pada tanggal 29 Mei 1959 diadakan pemungutan<br />
suara untuk menyelesaikan masalah tersebut.<br />
Pemungutan suara tidak memenuhi kuorum. Banyak<br />
anggota Dewan Konstituante yang tidak hadir.<br />
Kemudian diadakan pemungutan suara yang<br />
kedua pada tanggal 2 Juni 1959. Pemungutan suara<br />
kedua juga tidak memenuhi kuorum. Dengan demikian,<br />
terjadi lagi kemacetan dalam Konstituante.<br />
Kegagalan yang kedua ini tidak ditanggapi dengan<br />
pemungutan suara yang ketiga. Akan tetapi,<br />
para anggota dewan mengadakan reses atau istirahat<br />
bersidang mulai tanggal 3 Juni 1959. Ternyata<br />
reses ini tidak hanya sementara waktu tetapi<br />
untuk selamanya. Artinya, Dewan Konstituante<br />
membu-barkan diri.<br />
f. f. Dekrit Dekrit Presiden Presiden Presiden 5 5 5 Juli Juli 1959<br />
1959<br />
Untuk menanggulangi hal-hal yang dapat membahayakan<br />
negara, Letjen A. H Nasution, selaku<br />
Kepala Staf Angkatan Darat, mengeluarkan larangan<br />
bagi semua kegiatan politik terhitung sejak<br />
tanggal 3 Juni 1959. Partai Nasional Indonesia melalui<br />
ketuanya, Soewirjo, mengirim surat kepada<br />
Presiden Soekarno, yang waktu itu berada di Jepang.<br />
Surat itu berisi anjuran agar presiden mendekritkan<br />
kembali berlakunya UUD 1945 dan membubarkan<br />
Konstituante. Partai Komunis Indonesia melalui ketuanya,<br />
Aidit, memerintahkan segenap anggotanya<br />
untuk tidak menghadiri sidang-sidang, kecuali sidang<br />
Konstituante.<br />
66<br />
Kehidupan politik semakin buruk dan mengancam<br />
persatuan dan kesatuan bangsa. Di daerahdaerah<br />
terjadi pemberontakan merebut kekuasaan.<br />
Partai-partai yang mempunyai kekuasaan tidak<br />
mampu menyelesaikan persoalan. Soekarno dan<br />
TNI tampil untuk mengatasi krisis yang sedang<br />
melanda Indonesia dengan mengeluarkan Dekrit<br />
Presiden untuk kembali ke UUD 1945.<br />
Pertimbangan dikeluarkannya dekrit Presiden<br />
adalah sebagai berikut.<br />
Anjuran untuk kembali kepada UUD 1945 tidak<br />
memperoleh keputusan dari Konstituante.<br />
Konstituante tidak mungkin lagi menyelesaikan<br />
tugasnya karena sebagian besar anggotanya<br />
telah menolak menghadiri sidang.<br />
Kemelut dalam Konstituante membahayakan<br />
persatuan, mengancam keselamatan negara,<br />
dan merintangi pembangunan nasional.<br />
Oleh karena itu, Presiden Soekarno pada tanggal<br />
5 Juli 1959 mengeluarkan keputusan (dekrit).<br />
Keputusan itu dikenal dengan nama “Dekrit Presiden<br />
5 Juli 1959”. Isi dekrit ini adalah sebagai berikut.<br />
Pembubaran Konstituante.<br />
Berlakunya UUD 1945.<br />
Akan dibentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat<br />
Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan<br />
Agung Sementara (DPAS).<br />
Secara lengkap bunyi Dekrit Presiden 5 Juli<br />
1959 sebagai berikut.<br />
Black Cyan 66