MERAPI TAK PERNAH INGKAR JANJI
MERAPI TAK PERNAH INGKAR JANJI
MERAPI TAK PERNAH INGKAR JANJI
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
atas sumberdaya alam yang terbatas jumlahnya.<br />
Sumberdaya alam itu ibarat tabungan kita di bank<br />
yang dapat kita ambil untuk dijadikan modal usaha<br />
yang akan memberikan hasil produktif. Apabila<br />
tabungan itu hanya kita ambil terus-menerus tanpa<br />
pernah mengembalikan, tabungan itu pasti akan<br />
habis. Apalagi jika modal yang didapat dari tabungan<br />
sumberdaya alam itu hanya digunakan sebagai<br />
modal belanja yang tidak produktif dan habis setelah<br />
dipakai.<br />
Kita sering terlena retorika bahwa Indonesia kaya<br />
sumberdaya alam, tetapi lupa bahwa sumberdaya<br />
alam itu ada yang dapat diperbaharui serta ada pula<br />
yang akan habis dan tak mungkin diperbaharui.<br />
Hutan merupakan sumberdaya yang dapat<br />
diperbarui, tetapi perlu waktu lama dan tidak akan<br />
dapat seutuhnya dikembalikan. Oleh karena itu,<br />
fungsi dan manfaat hutan secara langsung dan tidak<br />
langsung harus dapat dikendalikan. Kegagalan kita<br />
melestarikan sumberdaya hutan, baik hutan lindung,<br />
hutan konservasi, hutan produksi, hutan adat, atau<br />
hutan masyarakat, sadar atau tidak sadar, kita telah<br />
menanam bibit-bibit bencana.<br />
Benteng pelindung<br />
Kawasan TNGL lain yang sangat memprihatinkan<br />
adalah daerah Sekoci di Kecamatan Besitang,<br />
Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Area yang<br />
pernah salah urus pada tahun 1975 itu, kini tampak<br />
berupa dataran luas yang sudah tak berpohon.<br />
Gantinya adalah tanaman sawit dan rumah-rumah<br />
yang dibangun secara tidak sah. Tonggak-tonggak<br />
kayu yang besar menandakan pernah ada pohonpohon<br />
berdiameter lebih dari satu meter. Alang-alang<br />
setinggi pinggang menjadi aksesori yang membuat<br />
kawasan itu berwarna hijau semu. Upaya rehabilitasi<br />
lahan yang dilakukan setengah hati tidak tampak<br />
hasilnya.<br />
Berawal dari kedatangan pengungsi akibat<br />
konflik Aceh tahun 1999 di daerah Sei Lepan dan<br />
Sekoci, perlahan namun pasti terjadi perambahan<br />
brutal oleh masyarakat yang bukan pengungsi.<br />
Puncaknya terjadi antara 2006-2010. Tidak kurang<br />
dari 4000 hektar kawasan TNGL diduduki oleh hampir<br />
900 keluarga pengungsi dan ratusan perambah<br />
3 Peta kawasan hutan yang rusak (deforestasi) akibat<br />
perambahan di TNGL pada tahun 2009. Peta dibuat oleh Rina<br />
Purwaningsih-UNESCO.<br />
(lihat peta). Tata batas yang tidak jelas dan sejarah<br />
pengelolaan kawasan di masa lalu menjadi alasan<br />
klaim dari masyarakat menduduki kawasan taman<br />
nasional. Sementara itu, penebangan liar pohonpohon<br />
bernilai ekonomi di dalam taman nasional<br />
untuk diambil kayunya atau dikuasai tanahnya,<br />
3 Ladang Perambahan di Resort Sekoci, Besitang, TNGL.<br />
KONSERVASI GAGAL, BERSIAPLAH MEMANEN BENCANA<br />
29