Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam
Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam
Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Dari kasus-kasus pelanggaran HAM masa lalu yang sudah <strong>di</strong>seli<strong>di</strong>ki Komnas HAM, kasus<br />
penghilangan paksa 1997-1998 merupakan kasus yang seharusnya sudah dapat <strong>di</strong>tindaklanjuti.<br />
<strong>Tahun</strong> 2009 lalu, DPR telah mengeluarkan empat rekomendasi kepada presiden/pemerintah<br />
sehubungan dengan upaya penuntasan kasus tersebut. 6 Namun setelah lebih dari tiga tahun, tak<br />
satu pun dari rekomendasi tersebut yang terlihat <strong>di</strong>tindaklanjuti. Kalau pun ada, pemerintah baru<br />
sebatas memiliki niat untuk menjalankan rekomendasi agar meratifikasi Konvensi Internasional<br />
tentang Perlindungan Bagi Setiap Orang dari Tindakan Penghilangan Paksa, seperti yang<br />
tercantum dalam dokumen Rencana Aksi Nasional <strong>Hak</strong> <strong>Asasi</strong> <strong>Manusia</strong> (RANHAM) 2011-2014.<br />
Sebatas niat karena hingga akhir tahun 2012, pemerintah tidak juga meratifikasi konvensi<br />
tersebut.<br />
Inisiatif Presiden untuk menuntaskan pelbagai kasus pelanggaran HAM masa lalu, yang sempat<br />
muncul <strong>di</strong> tahun 2012, tidak menunjukkan hasil apa pun hingga tahun berakhir. Pada November<br />
2011 lalu, Presiden sempat membentuk tim kecil <strong>di</strong> bawah koor<strong>di</strong>nasi Menteri Koor<strong>di</strong>nator<br />
Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), untuk mencari format terbaik bagi<br />
penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu. 7 Namun hingga akhir 2012, tim kecil tersebut<br />
tidak membuahkan hasil apapun. Menkopolhukam Djoko Suyanto beralasan, lambatnya kerja<br />
tim ini merupakan konsekuensi dari beratnya kasus-kasus yang harus <strong>di</strong>selesaikan, mengingat<br />
panjangnya rentang waktu, jamaknya kategori keja<strong>di</strong>an, kriteria korban, dan bentuk penyelesaian<br />
yang bermartabat.<br />
Inisiatif juga datang dari Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Hukum dan HAM<br />
Dr. Albert Hasibuan, yang menyusun rekomendasi kepada Presiden untuk menyelesaikan<br />
pelanggaran HAM masa lalu. Demi merealisasikan inisiatif tersebut, Wantimpres melakukan<br />
sejumlah pertemuan dengan tokoh, ahli hukum, dan perwakilan organisasi masyarakat sipil<br />
termasuk organisasi korban, untuk memperoleh masukan tentang konsep penyelesaian. Dalam<br />
beberapa kesempatan, Hasibuan menyatakan bahwa <strong>di</strong> masa pemerintahannya Presiden<br />
berkeinginan untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat yang terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> masa<br />
lalu, dan Wantimpres bermaksud mengkonkritkan keinginan Presiden tersebut agar tidak<br />
menja<strong>di</strong> beban sejarah <strong>di</strong> masyarakat. Format penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu dari<br />
Wantimpres telah <strong>di</strong>serahkan kepada Presiden. Namun hingga tahun 2012 berakhir, Presiden<br />
tidak juga menunjukkan tanda akan menindaklanjuti usulan konsep dari Wantimpres tersebut.<br />
Di tengah lemahnya komitmen pemerintah untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa<br />
lalu, termasuk untuk menyelesaikan penyusunan kembali Rencana Undang-Undang Komisi<br />
Kebenaran dan Rekonsiliasi (RUU KKR), ternyata ada terobosan yang <strong>di</strong>ambil oleh Lembaga<br />
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). LPSK telah membuka peluang bagi korban untuk<br />
6 Rekomendasi DPR tersebut yakni: 1) merekomendasikan kepada Presiden untuk membentuk penga<strong>di</strong>lan HAM<br />
adhoc; 2) merekomendasikan kepada Presiden serta segenap institusi pemerintah serta pihak-pihak terkait untuk<br />
segera melakukan pencarian terhadap 13 orang yang oleh Komnas HMA masih <strong>di</strong>nyatakan hilang; 3)<br />
merekomendasikan kepada pemerintah untuk merehabilitasi dan memberikan kompensasi terhadap keluarga<br />
korban yang hilang; dan 4) merekomendasikan kepada pemerintah agar segera meratifikasi Konvensi Internasional<br />
tentang Perlindungan bagi Setiap Orang dari Tindakan Penghilangan Paksa.<br />
7 Tim ini beranggotakan Komnas HAM, Kejaksaan Agung, Mabes TNI, Mabes Polri, Kementerian Hukum dan<br />
HAM, Wakil Kemenko Polkam, Kementerian Pertahanan, Kementerian Dalam Negeri, Badan Pertanahan<br />
Nasional, Kementerian Kehutanan, Kementerian BUMN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta<br />
Kementerian Pekerjaan Umum.<br />
6