05.05.2015 Views

Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam

Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam

Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(Kamnas). Alasan paling kuat dari pemerintah untuk mendorong pembahasan RUU Kamnas<br />

adalah untuk mengintegrasikan dan mengkoor<strong>di</strong>nasi seluruh aktor-aktor keamanan yang<br />

pengaturannya tersebar <strong>di</strong> banyak undang-undang. Akan tetapi bila membaca RUU ini justru<br />

terkesan hendak menduplikasi berbagai undang-undang sektoral tersebut, menja<strong>di</strong> satu undangundang<br />

dengan judul Keamanan Nasional. RUU Keamanan Nasional tidak <strong>di</strong>bangun sebatas<br />

sebagai aturan yang menciptakan ruang dan mekanisme koor<strong>di</strong>nasi antar beragam aturan dan<br />

institusi sektoral yang ada. Upaya membahas RUU ini sen<strong>di</strong>ri seringkali mengalami pasang<br />

surut, wacana sudah muncul semenjak awal reformasi, tetapi terus mengalami kegagalan, akibat<br />

kuatnya tarik ulur kepentingan antar institusi yang hendak <strong>di</strong>atur <strong>di</strong> dalam undang-undang ini,<br />

khususnya TNI dan Polri. Dalam banyak kesempatan, para petinggi Polri kerap menyatakan<br />

penolakannya terhadap munculnya ide RUU Keamanan Nasional. Sentimen sipil-militer serta<br />

alasan akan terganggunya keman<strong>di</strong>rian Polri dalam penegakan hukum, seringkali menja<strong>di</strong> alasan<br />

Polri untuk melindungi kepentingan dan upaya mengurangi kewenangan mereka. Dalam<br />

berbagai versinya, RUU Keamanan Nasional memang mewacanakan untuk menempatkan Polri<br />

<strong>di</strong> bawah suatu kementerian, tidak langsung berada <strong>di</strong> bawah Presiden dan tidak menetapkan<br />

kebijakan keamanan sen<strong>di</strong>ri. 87<br />

Materi terbaru RUU Keamanan Nasional yang <strong>di</strong>rilis pada 16 Oktober 2012 substansinya banyak<br />

menuai kecaman publik. 88 Selain menduplikasi aturan-aturan yang sudah ada dalam peraturan<br />

perundang-undangan sektoral, muatan RUU tersebut juga <strong>di</strong>nilai terlalu menitikberatkan pada<br />

pendekatan keamanan, sehingga memunculkan kekhawatiran pada kembalinya model<br />

pendekatan keamanan yang pernah terja<strong>di</strong> <strong>di</strong> masa lalu. Kekaburan definisi dan batasan nampak<br />

betul dalam RUU tersebut, khususnya definisi dan batasan istilah-istilah penting seperti<br />

keamanan nasional, ancaman, unsur keamanan nasional, dan kewenangan yang <strong>di</strong>miliki oleh<br />

unsur keamanan nasional. 89 RUU ini juga berupaya menghidupkan kembali lembaga-lembaga<br />

koor<strong>di</strong>nasi <strong>di</strong> tingkat lokal yang sepadan dengan Bakorstranasda, 90 yang berhasil tampil<br />

menakutkan pada masa Orde Baru.<br />

Tidak hanya dua RUU tersebut, perhatian publik juga terserap pada pembahasan RUU<br />

Organisasi Kemasyarakatan, yang materinya mengancam kebebasan berserikat. Antusiasme DPR<br />

dan Pemerintah untuk segera mengesahkan RUU Ormas menimbulkan kesan besarnya hasrat<br />

mereka untuk melakukan pembatasan terhadap kegiatan organisasi-organisasi non-pemerintah.<br />

Pembatasan ini terlihat mulai dari definisi organisasi kemasyarakatan, ruang lingkup yang sangat<br />

luas, mekanisme registrasi, larangan kegiatan tanpa adanya batasan yang tegas dan terlalu<br />

fleksibel, sehingga mudah <strong>di</strong>salahgunakan, serta ancaman pembubaran.<br />

87<br />

88<br />

89<br />

90<br />

T. Hari Prihatono, Jessica Evangeline dan Iis Gindarsah, Kemanan Nasional: Kebutuhan Membangun Perspektif<br />

Integratif Versus Pembiaran Politik dan Kebijakan, (Jakarta: ProPatria Institute, 2007).<br />

Dalam prosesnya terja<strong>di</strong> beberapa kali perubahan naskah RUU Keamanan Nasional. Pertama kali <strong>di</strong>serahkan<br />

oleh pemerintah ke DPR tertanggal 30 Maret 2011, kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>ubah lagi dengan versi 21 September 2012, dan<br />

terakhir versi 16 Oktober 2012 yang <strong>di</strong>serahkan ke DPR setelah Kementerian Pertahanan melakukan lobby<br />

dengan seluruh fraksi <strong>di</strong> DPR.<br />

ELSAM, Rancangan Undang-Undang (RUU) Keamanan Nasional, Jauh dari Ideal, catatan ELSAM atas RUU<br />

Kemanan Nasional 2011, yang <strong>di</strong>sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDPU) dengan DPR.<br />

Badan Koor<strong>di</strong>nasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional (Bakorstranas) <strong>di</strong>bentuk oleh Keppres No. 29 <strong>Tahun</strong><br />

1988, sebagai pengganti dari Kopkamtib. Badan ini <strong>di</strong>bentuk secara hirarkis dari tingkat nasional hingga daerah<br />

(Bakorstranasda), yang fungsinya untuk mengawasi seluruh gerak-gerik warga masyarakat. Badan ini <strong>di</strong>bubarkan<br />

oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 2000 melalui Keppres No. 38 <strong>Tahun</strong> 2000.<br />

54

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!