05.05.2015 Views

Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam

Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam

Laporan Situasi Hak Asasi Manusia di Indonesia Tahun ... - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

masyarakat, khususnya dalam sektor sumberdaya alam, tentu telah menja<strong>di</strong> masalah tersen<strong>di</strong>ri<br />

bagi para investor. Dugaan ini <strong>di</strong>perkuat dengan munculnya pengaturan mengenai sumber<br />

konflik yang <strong>di</strong> dalamnya menyebutkan ketimpangan sumberdaya alam dan sengketa antara<br />

perusahaan dengan masyarakat sebagai sumber konflik yang penyelesaiannya bisa <strong>di</strong>tangani<br />

dengan UU PKS.<br />

Kesimpangsiuran materi RUU PKS bisa <strong>di</strong>lihat dari ketidaksinkornannnya dengan sejumlah<br />

peraturan perundang-undangan lain, seperti UU No. 32 <strong>Tahun</strong> 2004 tentang Pemerintahan<br />

Daerah, UU No. 34 <strong>Tahun</strong> 2004 tentang TNI, dan UU No. 23/PRP/1959 tentang Keadaaan<br />

Bahaya. Sebagai contoh dalam rancangannya undang-undang ini memberikan kewenangan<br />

kepada Kepala Dearah (Bupati/Walikota dan Gubernur) untuk melakukan pengerahan pasukan<br />

TNI dalam rangka penyelesaian konflik. Pilihan kebijakan seperti itu jelas telah melabrak Pasal 7<br />

ayat (3) UU TNI, yang menyatakan bahwa pengerahan pasukan TNI harus melalui keputusan<br />

politik negara, termasuk dalam operasi militer selain perang sekalipun. 85<br />

Setelah <strong>di</strong>desak oleh masyarakat sipil, baru pada saat hendak <strong>di</strong>sahkan, DPR mengubah<br />

ketentuan tersebut, <strong>di</strong> mana Kepala Daerah ketika akan melakukan pengerahan pasukan TNI<br />

harus terlebih dahulu meminta ke pemerintah pusat, dan selanjutnya pemerintah pusat yang akan<br />

memutuskan. Meskipun telah terja<strong>di</strong> perubahan beberapa materinya menjelang RUU ini<br />

<strong>di</strong>sahkan, namun masih terdapat beberapa masalah <strong>di</strong> dalam penormaan UU PKS. Salah satu<br />

yang paling krusial adalah terkait dengan pemberian kewenangan bagi kepala daerah untuk<br />

menetapkan status darurat konflik <strong>di</strong> wilayahnya. Pemberian kewenangan ini juga <strong>di</strong>ikuti dengan<br />

sejumlah kewenangan lain yang sangat <strong>di</strong>skresional serta wewenang pembatasan kebebasan sipil<br />

lainnya. 86<br />

Pemberian wewenang penetapan status darurat konflik kepada kepala daerah termasuk<br />

penanganan dan penyelesaiannya menja<strong>di</strong> satu permasalahan tersen<strong>di</strong>ri, sebab dari data-data<br />

yang ada selama ini, seringkali sumber konflik ada pada kepala daerah sen<strong>di</strong>ri. Banyak kasus<br />

terja<strong>di</strong> karena kepala daerah sewenang-wenang dalam mengeluarkan ijin usaha pertambangan<br />

atau perkebunan, yang kemu<strong>di</strong>an memantik konflik antara masyarakat dengan perusahaan. Selain<br />

itu pemberian kewenangan yang sifatnya <strong>di</strong>skresional kepada kepala daerah, meski dalam situasi<br />

konflik sekalipun juga tidak tepat. Karena kewenangan-kewenangan <strong>di</strong>skresional untuk<br />

melakukan pembatasan-pembatasan, termasuk menggerakkan institusi-institusi negara dalam<br />

situasi darurat ada pada Presiden selaku pemimpin tertinggi eksekutif. Secara umum, selain<br />

banyak bertabrakan dengan prinsip-prinsip HAM, dengan struktur penormaan yang ada <strong>di</strong> UU<br />

PKS saat ini, kecil kemungkinan undang-undang ini bisa <strong>di</strong>implementasikan untuk melakukan<br />

penyelesaian konflik.<br />

Upaya penguatan kewenangan institusi-institusi keamanan yang bisa menjalankan fungsi represif<br />

dan opresif negara terus berlanjut dengan <strong>di</strong>gulirkannnya pembahasan RUU Keamanan Nasional<br />

85<br />

86<br />

dalam prioritas legislasi nomor 25 <strong>di</strong> tahun 2009, akan tetapi sampai periode DPR 2004-2009 berakhir, RUU ini<br />

belum sempat <strong>di</strong>bahas.<br />

Lihat ELSAM, RUU Penangan Konflik Sosial: Desentralisasi Masalah, Nihilnya Penegakan Hukum, dan<br />

Kembalinya Militer dalam Ruang Sipil, 2012.<br />

Lihat Siaran Pers ELSAM, Pengesahan RUU PKS: Politik Transaksional yang Mengacaukan Pranata Hukum, 11<br />

April 2012, bisa <strong>di</strong>akses <strong>di</strong> http://elsam.or.id/?act=view&id=1845&cat=c/302.<br />

53

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!