Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
MSR<br />
harus melalui perjuangan yang cukup berliku.<br />
“Mbah Purwanto sempat menolak cucunya<br />
ditangani Tim MSR-ACT untuk dirawat ke<br />
RSUD Karena khawatir pengobatan itu<br />
sekadar janji semata. Namun, setelah dibujuk<br />
hampir 7 jam lamanya, akhirnya kami bisa<br />
meyakinkan beliau,” tuturnya.<br />
Tantangan perjuangan Tim MSR-ACT<br />
pun tidak hanya sampai di situ. Setelah<br />
berhasil meyakinkan Mbah Purwanto,<br />
hambatan itu kembali datang. Saat pertama<br />
kali dibawa ke RSUD Wonosobo, proses<br />
birokrasi dan adminstrasi Rohmat sempat<br />
terkendala karena keluarga Rohmat tidak<br />
memiliki surat-surat keluarga, seperti Kartu<br />
Keluarga/KK, Kartu Tanda Penduduk/KTP,<br />
Akte Kelahiran dan kartu jaminan kesehatan.<br />
Namun, setelah Taufik dan Tim MSR-ACT<br />
bernegosiasi dengan Tim RSUD, akhirnya<br />
Rohmat secara resmi bisa dirawat di RSUD<br />
Wonosobo.<br />
Karena tidak ditangani medis selama<br />
seminggu lamanya, Rohmat terpaksa harus<br />
dirawat di RSUD lebih lama dari penanganan<br />
medis yang biasa dilakukan tim medis dalam<br />
menghadapi patah tulang. Penanganan patah<br />
tulang yang biasanya hanya dirawat beberapa<br />
hari saja. Namun, karena lukanya sudah<br />
membusuk, Rohmat terpaksa harus dirawat<br />
inap selama satu minggu.<br />
Rohmat merupakan salah satu<br />
siswa yang berprestasi di SDN Pulosaren-<br />
Wonosobo. Sejak kelas 1 SD, Rohmat selalu<br />
mendapatkan peringkat satu dan dua.<br />
Keadaan ekonomi keluarga serta bapaknya<br />
yang mengalami gangguan jiwa, tidak<br />
menghalangi semangat belajar Rohmat. Hal<br />
tersebut dibuktikan dengan prestasi yang<br />
didapatkannya di sekolah.<br />
Kepala Sekolah SDN Pulosare, Ahmad<br />
Baedowi, S.Pd, saat menjenguknya di RSUD<br />
mengungkapkan Rohmat tergolong sebagai<br />
murid yang berprestasi dan selalu mendapat<br />
peringkat kelas. “Selain berprestasi, semangat<br />
belajar Rohmat juga sangat tinggi. Ia jarang<br />
bolos atau tidak datang ke sekolah. Rohmat<br />
sangat terampil dalam mengerjakan soal,<br />
terbukti ia selalu mendapat ranking 1 atau 2 di<br />
sekolahnya,” ujarnya<br />
Hal senada juga diutarakan Mbah<br />
Purwanto. Selain semangat belajarnya yang<br />
tinggi, ia juga rajin membaca buku. Jiwa<br />
kemandiriannya pun begitu tampak. “Usai<br />
pulang sekolah, Rahmat sering mencari uang<br />
sendiri dengan menjadi pengasuh balita<br />
tetangganya, hingga mendapatkan upah uang<br />
sebesar Rp.3000,- dan itu dilakukannnya<br />
setiap hari setelah pulang sekolah,”tuturnya.<br />
Secara ekonomi, keluarga Rahmat<br />
hidup secara prasejahtera. Wahyono (ayah<br />
Rohmat), hanya bekerja sebagai buruh<br />
serabutan dengan penghasilan yang sangat<br />
minim dan tak menentu. Begitu juga Purwanto<br />
(Kakeknya) sudah tidak bekerja lagi dan<br />
hanya mengandalkan subsidi dari anakanaknya.<br />
“Nyong ora nyongko nek rohmat iki ono<br />
seng ngopeni lan ono seng peduli, Rika kok<br />
bisa ngerti rohmat seko ngendi? Nyong mator<br />
suwon mergo rika, Rohmat biso dioperasi.<br />
Alhamdulillah, sakniki rohmat sampun<br />
mantun lan saget sekolah maleh. (Saya<br />
tidak menyangka ternyata ada yang begitu<br />
peduli dengan Rohmat. Adik (Tim MSR-red)<br />
tahu info tentang Rohmat dari siapa? Saya<br />
berterima kasih, karena atas kepedulian Adik<br />
dan teman-teman, Rohmat bisa dioperasi.<br />
Alhamdulillah, kini Rohmat sudah sembuh<br />
dan bisa bersekolah lagi,” pungkas Purwanto<br />
dalam bahasa jawa, sembari berlinang air<br />
mata, tak kuasa menahan haru.•<br />
<strong>Edisi</strong> 9/<strong>IX</strong>/<strong>2017</strong> | <strong>BENEFIT</strong> 105