You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
HIGHLIGHTS<br />
230.000 pengungsi yang bermukim di Idlib,<br />
tersebar di sekitar 250 kamp.<br />
Untuk jiwa yang tak memiliki kuasa di<br />
Suriah, tak bijak rasanya jika hanya terlibat<br />
dalam obrolan, tagar atau kampanye yang<br />
menampilkan empati. Harus ada aksi nyata<br />
untuk membendung nestapa itu. Setidaknya<br />
untuk meredam kesusahan yang kini dialami<br />
puluhan ribu warga sipil yang mengungsi di<br />
Idlib.<br />
Nasi Gurih dan Hangat untuk Aleppo<br />
Sebelumnya, bulan November 2016<br />
lalu, Tim SOS Suriah X Aksi Cepat Tanggap<br />
mencapai kawasan perbatasan Turki yang<br />
berbatasan langsung dengan Idlib. Di Kota<br />
Antakya dan Reyhanli - Turki, Tim SOS Suriah<br />
X mendistribusikan bantuan paket pangan<br />
kepada lebih dari 350 keluarga atau sekitar<br />
2000 jiwa pengungsi yang melarikan diri dari<br />
Idlib.<br />
Kemudian, aksi nyata ACT kembali<br />
berlanjut pada 12-18 Desember 2016,<br />
berturut-turut. Aksi Cepat Tanggap<br />
berkolaborasi dengan mitra NGO berbendera<br />
Suriah mendistribusikan tak kurang dari<br />
800 paket makanan. Jumlah paket itu<br />
pun dibagikan kepada kurang lebih 4.200<br />
pengungsi yang menetap di beberapa titik<br />
IDP Camps.<br />
Seluruh distribusi paket makanan tersaji<br />
untuk warga sipil yang masih mencoba<br />
bertahan di wilayah Atarib kawasan rural<br />
Aleppo, sampai ke Sarmada dekat perbatasan<br />
Turki dan Idlib.<br />
Makanan matang berupa nasi gurih<br />
dan daging hangat menjadi kebutuhan urgen<br />
dalam kamp-kamp pengungsian di balik<br />
gerbang Kota Aleppo. Tanpa adanya listrik<br />
dan saluran gas, tak mungkin bisa memasak<br />
makanan mentah. Apalagi mendekati akhir<br />
tahun, suhu di Aleppo sudah berada di<br />
kisaran 5 derajat celcius.<br />
Tidak hanya paket-paket nasi gurih<br />
dan daging hangat, bantuan pangan pun<br />
dilengkapi dengan buah-buahan dan botolbotol<br />
susu. Sembari berjaket tebal, anak-anak<br />
Suriah di dalam Aleppo itu menampilkan<br />
senyum bahagia menggenggam se-plastik<br />
buah dan sebotol susu. Keberkahan yang<br />
mahal harganya, dari Indonesia untuk Aleppo.<br />
Tak pernah tercetus di benak mereka,<br />
atau benak pejuang kemanusiaan ACT,<br />
bahwa nasi gurih, daging hangat, dan susu<br />
itu akan menjadi santapan terakhir mereka<br />
di Aleppo, sebelum kota yang mereka cintai<br />
tersebut berubah menjadi keping rekahan.<br />
Setelah Aleppo jatuh, Idlib pun<br />
menampung penduduknya. Atas nama<br />
persaudaraan dan solidaritas, rasa senasib<br />
dan sepenanggungan. Sebab, sebetulnya<br />
kondisi Idlib pun sama rapuhnya dengan<br />
Aleppo: kelompok oposisi masih angkat<br />
senjata, pengangguran dan kelaparan di<br />
mana-mana, tidak banyak rumah bisa disewa<br />
karena mahalnya harga.<br />
Membaca peta konflik di Suriah<br />
memang pelik, tapi satu hal yang perlu<br />
diingat, fokus perhatian tak boleh lepas dari<br />
urusan jutaan jiwa pengungsi asal Suriah.<br />
Masa depan Suriah masih abu-abu. Konflik<br />
masih akan tetap berlanjut, bahkan bisa jadi<br />
lebih kacau dan lebih berdarah.<br />
Satu hal yang perlu diingat, jutaan jiwa<br />
pengungsi sipil dari Suriah itu betul-betul<br />
nestapa. Untuk Aleppo yang sudah jatuh<br />
dan Idlib yang kini tertatih, mereka butuh<br />
empati kemanusiaan yang nyata. Merupakan<br />
tanggung jawab kita, untuk meredam derita<br />
dan kembalikan senyum mereka. •<br />
<strong>Edisi</strong> 9/<strong>IX</strong>/<strong>2017</strong> | <strong>BENEFIT</strong> 27