16.03.2017 Views

Minimagz BENEFIT Edisi 9:IX:2017 low

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ON GOING<br />

Pagi buta, Sabtu (24/12) harusnya menjadi<br />

hari libur panjang yang melenakan jelang<br />

natal dan pergantian tahun 2016. Tapi<br />

libur itu tidak berlaku di Kota Bima. “Bima<br />

menangis, Bima hancur sudah bang,” kata<br />

seorang Ibu sembari berjalan menembus<br />

lumpur banjir di kawasan Pasar Amahami,<br />

Kota Bima.<br />

Dua kali berturut-turut luapan sungai<br />

Padolo menerjang kota ini. Rabu<br />

(21/12/2016) banjir datang, lalu surut<br />

Kamis keesokan harinya. Namun, Jumat siang<br />

(23/12) banjir itu datang lagi, dengan luapan<br />

yang lebih besar. Banjir tidak pernah diduga<br />

sebelumnya, sebab terakhir bencana banjir<br />

meredam Bima lebih dari satu dekade lalu.<br />

Sejak banjir terakhir tahun 2006, sepanjang<br />

tahun-tahun musim hujan, tidak pernah Bima<br />

merasakan luapan banjir.<br />

Tapi hujan lebat di hari itu, Rabu (21/12)<br />

dan Jumat (23/12) membawa dampak<br />

yang berbeda. Kota ini seperti habis disapu<br />

tsunami. Semua kota lumpuh. Toko-toko<br />

tutup, penginapan tidak ada yang tidak<br />

kebanjiran. Demikian juga dengan menara<br />

pemancar sinyal telepon genggam, semua<br />

terendam banjir.<br />

Perusahaan Listrik Negara juga tidak<br />

berdaya. Sekian banyak gardu tenggelam,<br />

mengakibatkan terputusnya aliran listrik di<br />

Dari Bima, Ba<br />

Seperti T<br />

Kota Bima selama berhari-hari. Malam gelap<br />

gulita, air bersih tidak mengalir, dan sinyal<br />

telepon hilang timbul. Bima terisolasi total.<br />

“Sudah dua malam (Kamis dan Jumat)<br />

rumah saya terendam banjir setinggi dua<br />

meter. Baju, perabotan, dan alat dapur<br />

mengapung di dalam rumah. Saat ini saja<br />

saya menggigil mencari makanan,” kata<br />

seorang ibu asal wilayah Dara, Kecamatan<br />

Rasanae Barat.<br />

Sabtu (24/12) atau sehari setelah banjir<br />

susulan datang, Tim ACTNews menjelajah<br />

Kota Bima. Sejauh mata memandang, yang<br />

tersisa hanya lumpur. Sampah menumpuk,<br />

sementara aliran air banjir menggenang di<br />

beberapa titik. Derasnya arus banjir Jumat<br />

(23/12) itu juga terekam pada ambruknya<br />

tembok, pagar, dan hancurnya beberapa<br />

rumah. “Tsunami kecil” baru saja menggilas<br />

Bima.<br />

Badan Nasional Penanggulangan<br />

Bencana (BNPB) menyebut banjir Bima<br />

sedikitnya membuat 104.378 jiwa mengungsi.<br />

Lima kecamatan lumpuh<br />

diterjang banjir meliputi<br />

Kecamatan Rasanae Timur,<br />

Mpunda, Raba, Rasanae Barat,<br />

dan Asakota.<br />

Pulihkan Bima, Dimulai dari<br />

Kepul Nasi Sarapan Pagi<br />

Dua malam setelah<br />

bandang surut, Kota Bima<br />

belum berubah, gelap karena<br />

listrik padam total. Puluhan<br />

ribu pengungsi masih menjaga<br />

nyala lilin dan genset di titik-titik<br />

pengungsian.<br />

46<br />

<strong>Edisi</strong> 9/<strong>IX</strong>/<strong>2017</strong> | <strong>BENEFIT</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!