16.03.2017 Views

Minimagz BENEFIT Edisi 9:IX:2017 low

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SKDI<br />

Satkania, Langkah Awal Bantuan<br />

Pangan di Seberang Maungdaw<br />

Penulis: Shulhan Syamsur Rijal/Dyah Sulistiowati/Mutsla Qanitah<br />

Menyebut nama Maungdaw, terlebih di depan wajah orang-orang Rohingya itu, hanya ada<br />

ingatan horor dan ketakutan yang nampak dari raut wajah. Dalam beberapa pekan terakhir,<br />

Maungdaw berubah menjadi “neraka” bagi puluhan ribu etnis Rohingya.<br />

Kekejaman disembunyikan dengan<br />

modus operasi militer. Maungdaw<br />

tersekat, membuat dunia tak bisa<br />

menilik langsung apa yang sebenarnya terjadi<br />

di balik kota kecil sebelah barat Myanmar itu.<br />

Pemerintah dan aparat Myanmar menutup<br />

seluruh akses, tak ada yang bisa menembus<br />

Maungdaw, meski warga lokal sekalipun.<br />

Sementara itu, persis di seberang<br />

Maungdaw, di seberang Sungai Naf yang<br />

menjadi batas antara Maungdaw dan<br />

Bangladesh, kamp pengungsian ilegal<br />

semakin sesak. Hingga pertengahan<br />

Desember 2016, sudah 50.000 pengungsi<br />

baru asal Maungdaw melarikan diri. Hanya<br />

bersembunyi dan mengungsi di Bangladesh<br />

satu-satunya harapan, meski ilegal dan harus<br />

berdesakan dengan puluhan sampai ratusan<br />

ribu pengungsi lain yang telah lebih dulu<br />

mengungsi pasca konflik besar tahun 2012<br />

silam.<br />

Butuh waktu yang tak sedikit dalam<br />

memainkan diplomasi kemanusiaan untuk<br />

bantu pengungsi Rohingya di Bangladesh.<br />

Tak mudah untuk menyasar sejumlah kamp<br />

pengungsi. “Alasan utama karena pemerintah<br />

Bangladesh tak pernah memberi izin bagi<br />

pihak mana pun yang ingin membantu<br />

pengungsi Rohingya. Memang ada cara<br />

“gerilya” yang bisa dilakukan, tapi perlu waktu<br />

dan harus berhati-hati,” tutur seorang mitra<br />

Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong> di Chittagong.<br />

Setelah melintasi berbagi hambatan,<br />

diplomasi dan jejaring kemanusiaan pun<br />

menjadi pintu masuk berkah dan kemudahan.<br />

Dari seberang Maungdaw inilah, langkah<br />

awal bantuan pangan ACT untuk Rohingya<br />

Bangladesh berlabuh.<br />

Alhamdulillah, distribusi bantuan<br />

pangan untuk kamp pengungsi Rohingya di<br />

Bangladesh sudah terlaksana. “Sejak Jumat<br />

(10/12) lalu, bantuan menyasar ke ribuan<br />

pengungsi Rohingya asal Maungdaw. Mereka<br />

bermukim sementara di beberapa titik kamp<br />

antara Cox Bazar dan Teknaf,” kata salah satu<br />

punggawa Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong>.<br />

Langkah awal bantuan pangan untuk<br />

pengungsi Rohingya di Bangladesh berlabuh<br />

di sebuah desa kecil, tiga jam melaju lewat<br />

darat dari Kota Chittagong. Desa itu bernama<br />

Satkania. Dari jalan utama Arakan Highway,<br />

dua mobil truk yang mengangkut bantuan<br />

pangan masuk menuju jalur kecil membelah<br />

persawahan. Sejam perjalanan masuk ke<br />

dalam jalur kampung-kampung kecil, tim tiba<br />

di pojokan desa.<br />

Sebuah rumah besar dengan halaman<br />

luas menjadi tempat perhentian, di halaman<br />

rumah inilah pembagian bantuan pangan<br />

untuk pengungsi Rohingya dipusatkan.<br />

Rumah ini milik pria Bangladesh berusia<br />

sekitat 60-an tahun. Pria dengan gelar<br />

pendidikan Doktor S3 inilah yang diceritakan<br />

oleh mitra ACT sebagai pihak yang membantu<br />

memudahkan distribusi bantuan pangan<br />

untuk Rohingya di Satkania.<br />

Sejak beberapa tahun terakhir, warga<br />

lokal Desa Satkania membuka diri untuk<br />

menampung sementara pengungsi Rohingya,<br />

jumlahnya Rohingya di Desa ini ada seratusan<br />

82<br />

<strong>Edisi</strong> 9/<strong>IX</strong>/<strong>2017</strong> | <strong>BENEFIT</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!