16.03.2017 Views

Minimagz BENEFIT Edisi 9:IX:2017 low

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

HIGHLIGHTS<br />

Menyapa Reyhanli,<br />

dari Nestapa<br />

Hingga Harapan<br />

Penulis: Aisyah Darojati/Dyah Sulistiowati<br />

Kami, menyapa Reyhanli. Sebuah kota kecil<br />

yang menjadi bagian dari Provinsi Hatay,<br />

Turki. Reyhanli berbatasan langsung dengan<br />

Idlib juga Aleppo, Suriah. Kota kecil ini,<br />

sampai Januari <strong>2017</strong> menampung lebih<br />

dari 120 ribu pengungsi Suriah. Jumlah<br />

membludak bahkan melebihi total penduduk<br />

asli Reyhanli yang hanya 90 ribu jiwa.<br />

Tim SOS Suriah XI tiba di bandara Hatay,<br />

Rabu (4/1). Tujuan kami menyambangi<br />

tiga lokasi yang menjadi wilayah<br />

kamp pengungsian Suriah di Reyhanli, yakni<br />

Alkarmeda, Kafar Shakaya, dan Tezaya. Paket<br />

bantuan musim dingin berupa kasur, bantal,<br />

selimut, dan arang (coal) jadi kado hangat<br />

untuk redakan sejenak menggigil di puncak<br />

musim dingin.<br />

Dari bandara Hatay, kami masih harus<br />

menempuh perjalanan darat sekitar 1,5 jam<br />

untuk sampai ke tiga wilayah itu, melewati<br />

jalan utama menuju perbatasan Turki-Suriah.<br />

Sepanjang perjalanan darat, terlihat begitu<br />

jelas barisan pegunungan yang rupanya<br />

sudah masuk wilayah Suriah. Gunung<br />

berbaris dan tembok memanjang menjulang<br />

tinggi berwarna putih menjadi batas, tembok<br />

pemisah antara Turki dan Suriah.<br />

Kami pun sempat melewati sebuah<br />

pertigaan jalan. Salah satu jalannya mengarah<br />

ke Baabul Hawa (Bab al-Hawa), gerbang<br />

perbatasan yang memisahkan Turki dan Idlib,<br />

sebuah kota yang terbentang di bagian barat<br />

laut Suriah. “Dua kilometer dari sini, Sister,<br />

kita sudah bisa sampai di Suriah,” terang Ali,<br />

relawan asal Suriah yang menjadi bagian dari<br />

tim kami di Hatay.<br />

Sapa Kamp Pengungsi Suriah di Alkarmeda<br />

Sejak konflik Suriah meletus pertama<br />

kali lima tahun silam, Turki menjadi negara<br />

penampung jumlah pengungsi eksternal<br />

Suriah terbesar. Hingga akhir Desember 2016,<br />

Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi<br />

(UNHCR) melaporkan, jumlah pengungsi<br />

Suriah di Turki mencapai hampir 3 juta jiwa.<br />

Jelas bukan jumlah yang sedikit, imbasnya<br />

tak semua pengungsi Suriah ini yang<br />

mendapat penampungan kamp yang layak.<br />

Beberapa di antara mereka tinggal<br />

dengan menyewa rumah-rumah susun,<br />

tersebar di pinggiran-pinggiran kota atau<br />

daerah yang dekat dengan perbatasan<br />

Turki-Suriah. Semakin dekat dengan perbatasan,<br />

harga sewa rumah lebih terjangkau.<br />

Tanah ladang pun bisa disulap menjadi<br />

deretan kamp pengungsian yang jauh dari<br />

kata layak.<br />

Jumlah pengungsi Suriah yang tinggal<br />

di kamp darurat ini pun tak bisa dibilang<br />

sedikit. Mau tidak mau harus tinggal di<br />

kamp-kamp darurat yang dibangun dengan<br />

material seadanya―beratap terpal dan beralas<br />

tikar. Tenda tak layak sejenis ini menjamur<br />

di perbatasan Turki-Suriah, termasuk di<br />

Alkarmeda, Reyhanli, lokasi kamp pengungsian<br />

pertama yang kami sambangi hari itu<br />

Rabu, (4/1).<br />

22<br />

<strong>Edisi</strong> 9/<strong>IX</strong>/<strong>2017</strong> | <strong>BENEFIT</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!