16.03.2017 Views

Minimagz BENEFIT Edisi 9:IX:2017 low

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

SKDI<br />

Petualangan Kemanusiaan<br />

di Dohazari dan Patiya<br />

Penulis: Shulhan Syamsur Rijal/Dyah Sulistiowati/Mutsla Qanitah<br />

Membicarakan kisah orang-orang Rohingya di negeri Bangladesh, tak boleh sembarangan.<br />

Sensitivitas isu ini begitu kentara, terutama di wilayah Chittagong, kawasan industri padat<br />

yang berada paling dekat dengan perbatasan Myanmar. Di sepanjang desa-desa dekat<br />

perbatasan Myanmar inilah, ratusan ribu orang-orang Rohingya ditampung.<br />

Mereka ilegal, bermukim dengan<br />

mendirikan kamp-kamp pengungsian<br />

kumuh. Ada pula yang akhirnya<br />

menumpang di kampung-kampung penduduk<br />

lokal Bangladesh, membaur dengan warga<br />

lokal untuk sementara waktu. Sembari<br />

menunggu jawaban akan nasib yang lebih<br />

memihak dan melindungi etnis Rohingya dari<br />

ancaman genosida.<br />

Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong> sambangi<br />

beberapa titik kamp pengungsian<br />

Bangladesh ini. Setelah sebelumnya tuntas<br />

mendistribusikan bantuan pangan di Desa<br />

Satkania, Tenggara Chittagong, tahap kedua<br />

distribusi bantuan pangan masyarakat untuk<br />

Rohingya pun kembali diselesaikan. Amanah<br />

bantuan pangan dari masyarakat Indonesia<br />

itu menyasar ke wilayah Dohazari, sebuah<br />

kawasan setingkat Kabupaten di Indonesia.<br />

Berbekal jejaring dan persahabatan<br />

akrab dengan Abdullah Al Nomar, seorang<br />

Kepala Pemerintahan wilayah Dohazari,<br />

Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong> mendapat izin<br />

untuk menyapa dan menengok langsung<br />

ke Dohazari. Merekam rupa kehidupan<br />

pengungsi-pengungsi Rohingya yang baru<br />

berdatangan dari Maungdaw.<br />

Dohazari hingga hari ini menampung<br />

kurang lebih 2400 keluarga pengungsi<br />

Rohingya. Sebelum tensi meningkat di<br />

Maungdaw, jumlah pengungsi sebetulnya<br />

“hanya” sekitar 2000 keluarga. Namun,<br />

operasi militer yang mengusir Rohingya dari<br />

Maungdaw membuat Dohazari membuka lagu<br />

empatinya untuk menampung hampir 400<br />

keluarga pengungsi baru.<br />

Persis dari jalan raya Arakan Highway,<br />

Dohazari tak sulit untuk dicapai. Kamp<br />

pengungsian Rohingya ini tersembunyi<br />

di balik rimbunan pohon rindang. Kesan<br />

pertama yang melekat adalah tentang jejeran<br />

bedeng sebuah proyek konstruksi. Kamp<br />

pengungsian mereka tak ubahnya bedeng<br />

yang dibangun serampangan. Beberapa<br />

bangunan juga ada yang hanya berbahan<br />

anyaman bambu, membuat kamp itu tak lebih<br />

baik dari bentuk kandang hewan ternak.<br />

Dalam sebuah bangunan panjang ini,<br />

bisa ditampung berjejalan lebih dari tiga<br />

keluarga. Pengungsi lama dan pengungsi<br />

baru bersesak berbagi napas dan posisi<br />

tidur di dalam kamp pengungsian ini. Tak<br />

ada ventilasi yang memadai, sementara<br />

penerangan hanya menggunakan lampu<br />

minyak. Pun tidak ada ada sanitasi yang layak<br />

di kamp ini. Mereka memanfaatkan sungai<br />

kotor di belakang kamp sebagai toilet.<br />

Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong> tiba di Dohazari<br />

pada Kamis (8/12). Sejak pagi, tim sudah<br />

sibuk membagikan ratusan kupon bantuan<br />

pangan, kemudian menyempatkan untuk<br />

menengok kondisi para pengungsi. Menurut<br />

Abdullah, selain di kamp pengungsian itu,<br />

ribuan keluarga pengungsi Rohingya lain<br />

sudah membaur dengan warga lokal. Bekerja<br />

serabutan dan bertani di area perbukitan<br />

Dohazari.<br />

Di perbukitan Dohazari, ada kisah<br />

84<br />

<strong>Edisi</strong> 9/<strong>IX</strong>/<strong>2017</strong> | <strong>BENEFIT</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!