You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
SKDI<br />
Petualangan Kemanusiaan<br />
di Dohazari dan Patiya<br />
Penulis: Shulhan Syamsur Rijal/Dyah Sulistiowati/Mutsla Qanitah<br />
Membicarakan kisah orang-orang Rohingya di negeri Bangladesh, tak boleh sembarangan.<br />
Sensitivitas isu ini begitu kentara, terutama di wilayah Chittagong, kawasan industri padat<br />
yang berada paling dekat dengan perbatasan Myanmar. Di sepanjang desa-desa dekat<br />
perbatasan Myanmar inilah, ratusan ribu orang-orang Rohingya ditampung.<br />
Mereka ilegal, bermukim dengan<br />
mendirikan kamp-kamp pengungsian<br />
kumuh. Ada pula yang akhirnya<br />
menumpang di kampung-kampung penduduk<br />
lokal Bangladesh, membaur dengan warga<br />
lokal untuk sementara waktu. Sembari<br />
menunggu jawaban akan nasib yang lebih<br />
memihak dan melindungi etnis Rohingya dari<br />
ancaman genosida.<br />
Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong> sambangi<br />
beberapa titik kamp pengungsian<br />
Bangladesh ini. Setelah sebelumnya tuntas<br />
mendistribusikan bantuan pangan di Desa<br />
Satkania, Tenggara Chittagong, tahap kedua<br />
distribusi bantuan pangan masyarakat untuk<br />
Rohingya pun kembali diselesaikan. Amanah<br />
bantuan pangan dari masyarakat Indonesia<br />
itu menyasar ke wilayah Dohazari, sebuah<br />
kawasan setingkat Kabupaten di Indonesia.<br />
Berbekal jejaring dan persahabatan<br />
akrab dengan Abdullah Al Nomar, seorang<br />
Kepala Pemerintahan wilayah Dohazari,<br />
Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong> mendapat izin<br />
untuk menyapa dan menengok langsung<br />
ke Dohazari. Merekam rupa kehidupan<br />
pengungsi-pengungsi Rohingya yang baru<br />
berdatangan dari Maungdaw.<br />
Dohazari hingga hari ini menampung<br />
kurang lebih 2400 keluarga pengungsi<br />
Rohingya. Sebelum tensi meningkat di<br />
Maungdaw, jumlah pengungsi sebetulnya<br />
“hanya” sekitar 2000 keluarga. Namun,<br />
operasi militer yang mengusir Rohingya dari<br />
Maungdaw membuat Dohazari membuka lagu<br />
empatinya untuk menampung hampir 400<br />
keluarga pengungsi baru.<br />
Persis dari jalan raya Arakan Highway,<br />
Dohazari tak sulit untuk dicapai. Kamp<br />
pengungsian Rohingya ini tersembunyi<br />
di balik rimbunan pohon rindang. Kesan<br />
pertama yang melekat adalah tentang jejeran<br />
bedeng sebuah proyek konstruksi. Kamp<br />
pengungsian mereka tak ubahnya bedeng<br />
yang dibangun serampangan. Beberapa<br />
bangunan juga ada yang hanya berbahan<br />
anyaman bambu, membuat kamp itu tak lebih<br />
baik dari bentuk kandang hewan ternak.<br />
Dalam sebuah bangunan panjang ini,<br />
bisa ditampung berjejalan lebih dari tiga<br />
keluarga. Pengungsi lama dan pengungsi<br />
baru bersesak berbagi napas dan posisi<br />
tidur di dalam kamp pengungsian ini. Tak<br />
ada ventilasi yang memadai, sementara<br />
penerangan hanya menggunakan lampu<br />
minyak. Pun tidak ada ada sanitasi yang layak<br />
di kamp ini. Mereka memanfaatkan sungai<br />
kotor di belakang kamp sebagai toilet.<br />
Tim SOS Rohingya <strong>IX</strong> tiba di Dohazari<br />
pada Kamis (8/12). Sejak pagi, tim sudah<br />
sibuk membagikan ratusan kupon bantuan<br />
pangan, kemudian menyempatkan untuk<br />
menengok kondisi para pengungsi. Menurut<br />
Abdullah, selain di kamp pengungsian itu,<br />
ribuan keluarga pengungsi Rohingya lain<br />
sudah membaur dengan warga lokal. Bekerja<br />
serabutan dan bertani di area perbukitan<br />
Dohazari.<br />
Di perbukitan Dohazari, ada kisah<br />
84<br />
<strong>Edisi</strong> 9/<strong>IX</strong>/<strong>2017</strong> | <strong>BENEFIT</strong>