14.06.2013 Views

Jurnal FWI

Jurnal FWI

Jurnal FWI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Jurnal</strong> Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia<br />

Volume 1, Nomor 1, Desember 2009<br />

Dalam kenyataannya, perubahan proses pembangunan merupakan hasil tindakan<br />

yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, pada masa yang akan datang<br />

paradigma pembangunan kesejahteraan sosial akan lebih bertumpu pada hak asasi<br />

manusia, demokratisasi dan peningkatan peran sipil dalam pelaksanaan pembangunan<br />

kesejahteraan sosial yang lebih adil (Chamsyah, 2006), dan negara seharusnya berpihak<br />

kepada rakyat secara keseluruhan, dan bukan berpihak kepada salah satu kelompok atau<br />

golongan tertentu (Budiman, 2002).<br />

Adapun paradigma pembangunan yang dimaksudkan, Chamsyah (2006) lebih<br />

lanjut menjabarkan pembangunan yang dimaksud sebagai berikut: Pertama pembangunan<br />

menempatkan manusia sebagai subyek pembangunan. Kedua, hasil pembangunan<br />

selayaknya dinikmati oleh seluruh masyarakat. Ketiga, pembangunan mengaktualisasikan<br />

potensi dan budaya lokal. Keempat, pelayanan sosial dasar disediakan untuk semua warga<br />

negara. Kelima, pemberdayaan peyandang masalah kesejahteraan sosial menjadi<br />

komitmen bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Keenam,<br />

pendekatan pemberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial dilakukan secara<br />

individual, keluarga, kelompok, dan komunitas secara terpadu. Oleh karena itu pengertian<br />

pembangunan yang dimaksudkan akan dapat mendorong dilakukannya antisipasi yang<br />

terus-menerus terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk perubahan yang<br />

diakibatkan oleh proses pembangunan itu sendiri (Soetomo, 2008), serta merupakan suatu<br />

orientasi pembgunan yang tiada akhir (Tjokroamidjojo, 1980).<br />

Paradigma diatas secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu proses<br />

pengembangan kapasitas masyarakat untuk dapat membangun secara mandiri yang<br />

didalamnya juga terkandung proses belajar yang terus menerus sehingga tujuan<br />

pembangunan sosial yang diharapkan dari suatu pemerintahan diharapkan dapat:<br />

(1) meningkatkan kesejahteraan penduduk atau warga masyarakat; (2) menjamin<br />

berlakunya hukum dan ketertiban masyarakat (law and order); (3) menjamin kebebasan<br />

berpendapat dan memilih; (4) mengurangi ketegangan-ketegangan sosial; (5)<br />

mempertahankan diri dari serangan-serangan luar; dan (6) menyediakan sarana-sarana<br />

kesehatan serta pendidikan secara memadai (Suryadi, 2006).<br />

Data menunjukan bahwa pada tahun 2006 terdapat 78,96 juta anak di bawah usia<br />

18 tahun atau 35,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Empat puluh persen atau<br />

33,16 juta diantaranya tinggal di perkotaan, dan 45,8 juta tinggal di pedesaan (Depsos,<br />

2004). Permasalahan anak terlantar merupakan fenomena utama yang dihadapi oleh<br />

Departemen Sosial hingga saat ini. Disamping itupula, pemenuhan hak dan kebutuhan<br />

38

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!