14.06.2013 Views

Jurnal FWI

Jurnal FWI

Jurnal FWI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Eksistensi Kesendirian Afasia‐Dunia Tanpa Kata dan Simbol<br />

Dalam Kesendirian Emosional dan Kesendirian Sosial<br />

Musdalifah Dachrud<br />

Akibat gangguan kemampuan untuk simbolisasi, eksistensi yang paling serius<br />

dari afasia muncul dalam wujud kesendirian, perasaan malu, tersingkir, sikap dan<br />

pengalaman dengan orang lain menjadi berubah menjadi kegagalan.<br />

KESENDIRIAN SOSIAL<br />

Menjadi bagian dari orang lain adalah hal yang didambakan oleh setiap orang.<br />

Siapapun akan membutuhkan dan berkeinginan untuk merasakan secara menyeluruh<br />

dalam dirinya bahwa ia adalah orang yang memiliki arti atau hidupnya bermakna bagi<br />

orang lain (Zammuner, 2008). Terasing dari kehidupan bertetangga, bersahabat,<br />

berkenalan, atau kontak sosial lainnya merupakan kesendirian dalam dunia sosial (Nolen,<br />

2006; Caciappo, 2002 dan Vandewater, 1997). Sebagaimana halnya keberadaan penderita<br />

afasia yang memperjuangkan kembalinya kemampuan berbahasa yang pernah begitu<br />

mudah mengantarkannnya dalam berkomunikasi.<br />

Perasaan kesendirian, terkurung dalam tubuh, muncul sebagai hal yang<br />

menciptakan jarak dengan orang lain. Ketidakmampuan mengenali siapa lawan bicara,<br />

situasi saat berbicara, dimana berbicara karena ketidakmampuan berkomunikasi dengan<br />

lancar. Terjadi kesalah pahaman dalam berkomunikasi mengakibatkan identitas diri<br />

sepertinya menghilang dan menganggap diri sebagai orang cacat. Tidak tahu akan diri<br />

dan tidak mampu mempertahankan harga diri membuat mudah dalam menilai buruk<br />

terhadap maksud-maksud baik orang lain. Kesendirian pun semakin diperkuat saat orang<br />

lain mengabaikan dan tidak peduli dengan komunikasi yang dilakukan dengan<br />

mengisolasi diri. Berbagai kondisi sulit itu memunculkan perasaan-perasaan keterasingan<br />

yang mencakup kehidupan internal dan dunia sekitar (Van der Gaag, 2005).<br />

KESENDIRIAN EMOSIONAL<br />

Komunikasi verval tiba-tiba berhenti (afasia Broca) atau dapat berbicara lancar<br />

namun tidak masuk akal (afasia Wernicke). Menemukan diri sendiri dalam situasi seperti<br />

ini pada umumnya diterima sebagai pengalaman yang menakutkan sebagai akibat yang<br />

berhubungan dengan perasaan-perasaan terkejut dan takut. Bahkan ada yang bingung dan<br />

tidak dapat bertindak secara rasional. Gejolak pun muncul karena ketidakmampuan<br />

untuk menerima bahwa diri tidak dapat berbicara.<br />

Penderita afasia yang mengalami depresi saat menemukan dirinya sebagai orang<br />

yang afasia akan mengalami pengurangan kepercayaan diri, yang dapat merubah citra<br />

85

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!