14.06.2013 Views

Jurnal FWI

Jurnal FWI

Jurnal FWI

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Proses Pembentukan Modal Ekonomi Sosial Budaya Pengusaha Batik di Surakarta<br />

Mahendra Wijaya<br />

Pemanfaatan batik sebagai sarana upacara tradisi Jawa memberi kekuatan batin bagi<br />

pelaku-pelakunya dan untuk nguri-uri budaya keraton.<br />

2. Sejarah Industri Kerajinan Batik Non Tulis (Batik Cap dan Printing)<br />

Batik cap muncul sekitar tahun 1815 di Semarang, batik cap merupakan hasil<br />

suatu proses membikin stempel dari tembaga untuk membuat lukisan lilin pada kain<br />

dengan cara dicapkan (Susanto, 1980). Stempel disebut cap, pengerjaannya disebut<br />

mencap dan hasil kain yang dicap disebut kain batik cap. Perkembangan teknologi batik<br />

tersebut melipatgandakan produksi sekitar 10 kali lipat, waktu produksi lebih cepat, dan<br />

biaya lebih murah daripada batik tulis. Batik cap dibawa dari Kota Semarang ke Kota<br />

Surakarta sekitar awal abad ke 20. Batik cap berkembang dengan cepatnya di Laweyan<br />

dan Kauman Surakarta, sehingga kawasan tersebut terkenal dengan sebutan tempatnya<br />

juragan batik dan saudagar batik.<br />

Istilah batik printing muncul sekitar tahun 1970-an, berawal dari perubahan<br />

penggunaan bahan baku kain berbahan serat buatan, seperti polyester, polamyda , dan<br />

lycra. Proses pembatikan pada kain berbahan serat buatan dengan cara menggunakan<br />

teknik sablon dan cetak printing. Kain hasil teknik-teknik tersebut biasanya disebut<br />

dengan tekstil dengan pola yang tersusun dari ragam hias batik atau batik printing.<br />

Pertumbuhan industri batik printing terkait dengan kebijakan pemerintahan Orde Baru<br />

yang berorientasi pada ekonomi komersial dalam mengejar pertumbuhan ekonomi. Mode<br />

produksi manufaktur batik printing menghasilkan batik printing secara massal, kualitas<br />

halus dan harga relatif murah dibandingkan dengan batik cap.<br />

INDUSTRI KERAJINAN BATIK MASA KINI DI SURAKARTA<br />

Struktur ekonomi Kota Surakarta masih bertumpu pada sektor industri<br />

pengolahan, perdagangan, rumah makan dan hotel. Hal itu tampak dari sebagian besar<br />

atau sebanyak 67,10 persen penduduk Kota Surakarta bekerja di bidang industri<br />

pengolahan dan perdagangan, rumah makan, serta hotel. Salah satu sub bidang industri<br />

pengolahan dan perdagangan adalah industri batik. Industri batik tersebar di wilayah<br />

Laweyan, Kauman, Pasar Kliwon, dan lainnya. Pusat perdagangan batik beroperasi di 38<br />

pasar tradisional dan beberapa pasar modern yang terdapat di Kota Surakarta.<br />

Perkembangan industri batik di Kota Surakarta terkonsentrasi di sentra-sentra<br />

industri batik Laweyan, Kauman, Pasar Kliwon, dan industri batik mandiri lainnya<br />

tersebar di berbagai wilayah di Surakarta. Industri batik masih menjadi andalan ekonomi<br />

61

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!