You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Jurnal</strong> Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia<br />
Volume 1, Nomor 1, Desember 2009<br />
menjadi faktor penguat dalam menunjang keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial<br />
di daerah.<br />
40<br />
Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi ideal dan menjadi<br />
dambaan setiap warga masyarakat (Soetomo, 2008), karena itu merupakan kewajiban<br />
negara (state obligation) untuk memberikan jaminan pada setiap warga untuk<br />
memperoleh akses yang baik terhadap berbagai kebutuhan dasar manusia (Raper, 2008).<br />
Masalah sosial yang terkait dengan keterlantaran anak merupakan fenomena sosial yang<br />
tidak dapat dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi<br />
masyarakat yang tinggal di perkotaan, dimana salah satu faktor dominan yang akan<br />
mempengaruhi perkembangan masalah sosial tersebut adalah kemiskinan. Masalah<br />
kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu dampak negatif terhadap meningkatnya<br />
arus urbanisasi dari daerah pedesaan menuju kota.<br />
Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, serta kurangnya pengetahuan dan<br />
ketrampilan menyebabkan mereka banyak mempertahankan hidupnya dengan terpaksa<br />
menjadi anak terlantar (Gwads, dkk, 2008; dan Hendayana, dkk. 2008) memahami bahwa<br />
keterlantaran dan tidak memiliki rumah tinggal tetap serta tidak mempunyai pekerjaan<br />
tetap merupakan salah satu pemicu bagi anak untuk bekerja di jalan-jalan (street<br />
economy) untuk mencukupi ekonomi keluarga mereka.<br />
Keterlantaran (neglected) merupakan fenomena sosial yang banyak kita jumpai<br />
terjadi tidak saja di Indonesia, namun juga pada belahan dunia lainnya. Le Roux (1998)<br />
berpendapat bahwa “The phenomenon of neglected children children, an offspring of the<br />
modern urban evirontment, represents one of humanity’s most complex and serious<br />
challengges”. Fenomena keterlantaran ini tentunya tidak terlepas dari adanya urbanisasi<br />
yang mengharapkan adanya perubahan kehidupan dan penghidupan pada arah yang lebih<br />
baik dimasa mendatang. Chang, Rhee & Berthold (2008) berpendapat bahwa kebanyakan<br />
anak-anak yang mengalami masalah keterlantaran ini karena mereka pada umumnya tidak<br />
mempunyai rumah tinggal yang tetap, serta orang tua mereka tidak mampu untuk<br />
membeli rumah bagi keluarga mereka. Selain itu, adanya faktor lain yang tidak<br />
menunjang bagi keluarga dalam meningkatkan kesejaheraan hidup, seperti pendapatan<br />
rendah (low paying jobs) dibawah rata-rata serta tidak mempunyai pekerjaan yang tetap.<br />
Masalah keterlantaran umumnya banyak dialami oleh anak-anak yang kurang<br />
beruntung secara ekonomi yang sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga miskin<br />
dan tidak mempunyai kemampuan untuk memberdayakan dirinya. Selain itu, kondisi