Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
KONTROVERSI<br />
KAMPANYE DHANI<br />
Barack Obama<br />
One Direction<br />
kan oleh Zac Brown Band. Begitupun<br />
dengan We Take Care of Our Own yang<br />
diciptakan oleh Bruce Springsteen.<br />
Kemudian lagu yang ditujukan kepada<br />
calon pemilih dari warga keturunan kulit<br />
hitam, yakni The Weight, yang dicipta dan<br />
dibawakan oleh Aretha Franklin. Lagu The<br />
Best Thing about Me is You besutan Ricky<br />
Martin ditujukan bagi calon pemilih keturunan<br />
Amerika Latin. Lagu yang ditujukan<br />
untuk calon pemilih dari kalangan usia muda<br />
digarap oleh Arcade Fire serta Even Better<br />
than the Real Thing yang dibuat oleh U2.<br />
Semua lagu itu begitu mengena di hati<br />
masyarakat calon pemilih. Walhasil, Obama<br />
menjadi presiden kulit hitam Amerika<br />
Serikat. Bahkan untuk dua periode.<br />
Lantas bagaimana dengan Indonesia?<br />
Menurut pengamat musik Denny Sakrie,<br />
sejatinya penggunaan lagu dalam kampanye<br />
dilakukan oleh Golkar pada Pemilu 1971.<br />
Lagu Mana Di mana dan beberapa lagu<br />
yang bersifat himne juga digunakan. Tetapi,<br />
setelah itu, penggunaan lagu-lagu, apalagi<br />
lagu komersial, tidak terdengar lagi.<br />
Calon presiden Joko Widodo juga<br />
menggunakan lagu milik One Direction<br />
saat berlaga pada pemilihan Gubernur<br />
DKI Jakarta. “Entah berizin dari perusahaan<br />
label band itu atau dari band itu sendiri<br />
atau tidak, yang pasti hingga kini tidak<br />
terdengar ada keberatan,” kata Denny.<br />
Penggunaan lagu atau musik dalam<br />
menggugah semangat atau bahkan simpati<br />
masyarakat merupakan hal wajar.<br />
Sebab, melalui entakan beat nada, emosi<br />
seseorang bisa dibangkitkan. Ketika alam<br />
bawah sadar seseorang sudah mulai tergiring,<br />
peran lirik atau syair kuat. Maka di<br />
situlah pilihan atas jenis atau genre musik<br />
sesuai dengan tema dan kondisi kampanye<br />
sangat menentukan. “Hanya, jika penggunaan<br />
itu tidak tepat, seperti melanggar<br />
etika, justru bisa sebaliknya, berpotensi<br />
menggerus kepercayaan publik,” ingat<br />
Denny. ■ ARIF arianto<br />
Majalah detik 30 juni - 6 juli 2014