buku postur apbn
buku postur apbn
buku postur apbn
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Postur APBN Indonesia<br />
Keterkaitan Antar Komponen APBN:<br />
Ruang fiskal dan potensi Inefisiensi<br />
komponen <strong>postur</strong> APBN adalah keterkaitan antara satu<br />
komponen dengan komponen lainnya di dalam <strong>postur</strong><br />
APBN. Oleh karena itu, akurasi perhitungan komponen<br />
<strong>postur</strong> APBN perlu dijaga, baik itu pada tingkat<br />
penyusunan di level teknis pemerintah maupun dalam<br />
proses pembahasan UU APBN dalam rangka menghasilkan<br />
<strong>postur</strong> APBN yang ideal dan efisien.<br />
BELANJA WAJIB AMANAT KONSTITUSI<br />
Sebagaimana dijelaskan pada bagian formula perhitungan,<br />
terdapat keterkaitan antarkomponen di dalam <strong>postur</strong><br />
APBN. Keterkaitan tersebut antara lain merupakan<br />
konsekuensi aturan perundang-undangan yang<br />
mengamanatkan secara khusus bahwa pemerintah harus<br />
mengalokasikan proporsi tertentu dari penerimaan negara<br />
untuk digunakan pada pos belanja tertentu. Aturan<br />
“pengkavlingan” penggunaan pendapatan negara ini sering<br />
disebut dengan istilah earmarking (dilihat dari sisi<br />
pendapatan negara) atau mandatory spending (dilihat dari<br />
sisi belanja yg diamanatkan). Berikut ini adalah beberapa<br />
aturan perundangan yang menjadi dasar adanya<br />
keterkaitan antara komponen pendapatan negara dan<br />
belanja negara.<br />
1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang<br />
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat<br />
dan Daerah.<br />
Berdasarkan undang-undang perimbangan keuangan<br />
antara pusat dan daerah, sebagian pendapatan<br />
negara secara hukum wajib dialokasikan untuk<br />
alokasi belanja transfer ke daerah dalam bentuk dana<br />
perimbangan. Dana tersebut bersumber dari<br />
pendapatan APBN dan dialokasikan kepada daerah<br />
156