buku postur apbn
buku postur apbn
buku postur apbn
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Postur APBN Indonesia<br />
Keterkaitan Antar Komponen APBN:<br />
Ruang fiskal dan potensi Inefisiensi<br />
kegiatan BLU itu sendiri sehingga PNBP dari BLU<br />
tersebut tidak dapat digunakan untuk menambah<br />
kapasitas fiskal. Transaksi PNBP BLU sifatnya hanya<br />
“numpang lewat” dalam <strong>postur</strong> APBN, karena keluar<br />
masuknya pendapatan BLU dan belanja BLU melalui<br />
rekening BLU itu sendiri. Pencantuman transaksi BLU<br />
di dalam <strong>postur</strong> APBN bisa menimbulkan kesalahan<br />
penafsiran terutama jika kita berbicara mengenai<br />
kapasitas fiskal. Sebagai contoh: peningkatan<br />
pendapatan PNBP dari BLU akan menambah besaran<br />
belanja (belanja BLU meningkat) dan akan<br />
berdampak pada alokasi anggaran pendidikan yang<br />
turut menjadi lebih tinggi. Padahal pendapatan<br />
negara dari BLU tersebut dikembalikan seluruhnya<br />
kepada BLU dan tidak dapat digunakan untuk belanja<br />
yang lain. Dengan asumsi defisit yang tetap maka<br />
untuk menjaga 20% anggaran pendidikan karena<br />
adanya tambahan belanja BLU tersebut akan<br />
mengorbankan anggaran nonpendidikan dalam<br />
<strong>postur</strong> APBN.<br />
4. Undang Undang Dasar 1945 Amandemen ke-4.<br />
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-4,<br />
khususnya pasal 31 ayat (4) mengamanatkan bahwa<br />
Negara wajib mengalokasikan sekurang-kurangnya<br />
20% dari APBN untuk memenuhi kebutuhan<br />
penyelanggaraan pendidikan. Amar putusan<br />
Mahkamah Konstitusi nomor 013/PUU-VI/2008<br />
menegaskan bahwa alokasi 20% dari APBN untuk<br />
anggaran pendidikan adalah ketentuan yang bersifat<br />
imperatif, yakni bidang pendidikan harus<br />
diprioritaskan tanpa menafikan bidang-bidang lain<br />
yang juga penting bagi kelangsungan kehidupan<br />
berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, setiap<br />
161