Pedalangan Jilid 1.pdf
Pedalangan Jilid 1.pdf
Pedalangan Jilid 1.pdf
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
122<br />
3.3.8.3 Arjuna Wiwaha, karangan Empu Kanwa<br />
Isinya meriwayatkan Arjuna yang pertapa untuk mendapatkan<br />
senjata, guna keperluan perang melawan Korawa, kelak dalam<br />
Bharatayuda. Sebagai petapa Arjuna berhasil pula membasmi raksasa<br />
Nirwatakawaca yang menyerang Kahyangan. Sebagai hadiah, Arjuna<br />
boleh hidup di Indraloka beberapa lama. Kitab ini digubah oleh<br />
Empu Kanwa pada masa Airlangga raja di Jawa Timur dari sekitar<br />
tahun 941 – 946 saka (019 – 1042 Masehi).<br />
3.3.8.4 Smaradahana, karangan Empu Darmadja<br />
Ketika batara Siwa sedang bertapa, seorang raja raksasa<br />
bernama Nilarudraka datang di Kahyangan untuk merusak Sorga.<br />
Sang Kamajaya disuruh oleh para dewa untuk menyusulnya. Sampai<br />
di tempat bertapa, Kamajaya berkali-kali membangunkan tapanya<br />
dengan berbagai cara, tetapi gagal. Dicoba dengan panah bunganya-pun<br />
gagal juga. Akhirnya dipanah pamungkasnya yaitu panah<br />
Pancawiyasa yaitu sebuah panah yang bisa membangkitkan rasa<br />
rindu-dendam terhadap pendengaran dan persaan, penglihatan yang<br />
serba nikmat.<br />
Seketika itu juga, Batara Siwa rindu terhadap isterinya<br />
Sang Batari Uma. Namun Batara Siwa marah karena tahu bahwa itu<br />
adalah ulah Kamajaya. Maka dari “mata-ketiga” Batara Siwa terpancarlah<br />
api menempuh dan membakar Kamajaya sehingga matilah<br />
Kamajaya. Batara Siwa melenjutkan perjalanan pulang ke Sorga.<br />
Sampai di Sorga bertemulah dengan permaisuri, kerinduan bisa lepas<br />
dan tersalur hingga sang Batari hamil.<br />
Sementara Kama Ratih mencari sang suami yang mati terbakar,<br />
terlihat tangan Kamajaya bagaikan melambai-lambai, maka<br />
Ratih menggelebyur ke dalam nyala api (dahana mulat) hingga terbakar<br />
dan mati. Oleh Batara Siwa keduanya tidak dimaafkan, Kamajaya<br />
disuruh menyatu dengan tubuh setiap lelaki dan Batari Ratih harus<br />
menyatu pada tubuh setiap perempuan sampai sekarang.<br />
Dicerikan kehamilan sang Batari Uma telah sampai pada<br />
saat kelahirannya. Maka lahirlah seorang bayi (jabang-bayi) berkepala<br />
gajah. Ini akibat dari waktu hamil sang Uma terkejut melihat gajah<br />
yang dibawa oleh para dewa ketika pura-pura menjenguk Batara<br />
Siwa. Bayi yang lahir itu diberi nama Batara Ganesa. Kehadiran raja<br />
raksasa Nilarudraka yang akan merusak sorga itu dapat dipukul<br />
mundur dan dibunuh oleh Ganesa.<br />
Kitab Smaradahana juga menyebut nama raja Kediri Prabu<br />
Kameswara titisan Kamajaya yang ke-3. Parameswari Sri Kirana Ratu<br />
sebagai titisan Kama Ratih. Pemerintahan Kameswara ini terjadi<br />
pada tahun 1037 – 1052 Saka atau tahun 1115 – 1130 Masehi.