02.07.2013 Views

Pedalangan Jilid 1.pdf

Pedalangan Jilid 1.pdf

Pedalangan Jilid 1.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

234<br />

“He… orang… jangan lari. Kenapa kamu lari!”<br />

Setiap manusia yang ketemu mesti lari karena takut dimakan<br />

(diuntal). Ucap kama salah semakin keras sampai menggugurkan<br />

daun dan buar pepohonan.<br />

“Heeee…… wong ndesa aja mlayu. Aku takon, aku iki<br />

sapa? Bapakku sapa? Aku tulung critanana.”<br />

Tak ada jawaban setiap pertanyaan maka semakin marah<br />

si kama salah. Setiap apa yang ada di depannya diinjak, ditendang<br />

dan yang terpegang tangannya di remas. Pepohonan yang dilewati<br />

ada yang dicabut (dibedol) dirobohkan. Demikian juga rumah-rumah<br />

penduduk diinjak, dirobohkan juga.<br />

Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan kama<br />

salah tidak pernah makan, lama kelamaan perjalanan si kama<br />

salah sampai di kaki sebuah gunung tempat bersemayamnya para<br />

dewa. Di situ si kama salah bertemu dengan para prajurit Dorandara.<br />

Dia disuruh kembali oleh para prajurit Dorandara. Karena tidak mau<br />

kembali, maka terjadilah selisih pendapat dan timbul perang mulut<br />

kemudian semakin memuncak sehingga menjadi perang fisik, adu jotos,<br />

adu kuat. Ternyata kama salah terlalu kuat, para prajurit Dorandara<br />

lari tunggang langgang.<br />

Kama salah yang berhadapan dengan para dewa senior dimana<br />

mereka pada adu sakti, ternyata dewa kalah sakti. Semua pusaka,<br />

ajian, kesaktian, gaib tak ada yang mempan dipukulkan, digebugkan<br />

pada tubuh kama salah yang tak dirasakan. Kama salah<br />

adalah kama Sang Jagad Nata yang berari tidak bisa dibuat sembrana.<br />

Dia kuat dan sangat-sangat sakti, tak ada yang mampu melawannya<br />

dengan cara apapun. Akhirnya terpaksa oleh Resi Narada si<br />

kama salah dihadapkan pada Sang Hyang Jagad Giri.<br />

Dengan kondisi yang serba harus, Batara Gurupun terpaksa<br />

menuruti keinginan si kama salah, meskipun Batara Guru tetap<br />

kurang senang atas kedatangannya yang harus diakui sebagai anaknya.<br />

Kemarahan sang Batara Guru belum reda karena masih ada<br />

pusakanya yang belum digunakan. Dengan diam-diam Sang Batara<br />

Guru membelalakkan mata ketiganya dengan di dorong oleh keempat<br />

tangannya, mata itu mengeluarkan sinar panas ditujukan pada<br />

kama salah, biarlah ia mati kepanasan. Ternyata si kama salah tidak<br />

terasa apa-apa. Justru Batara Tri Netra (Guru) berteriak-teriak bingung<br />

kepanasan. Sang kama salah tak mempan oleh semua pusaka<br />

dan ajian, sehingga para dewa tak bisa apa-apa kecuali memenuhi<br />

keinginannya.<br />

Akhirnya Batara Parameswara harus mengakui bahwa kama<br />

salah adalah anaknya sendiri. Dengan disaksikan oleh para de-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!