02.07.2013 Views

Pedalangan Jilid 1.pdf

Pedalangan Jilid 1.pdf

Pedalangan Jilid 1.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

20<br />

golakan Majapahit (Paregreg), membuat orang-orang yang kokoh<br />

mempertahankan agama Hindu-Budha-nya lari berpencar ke daerahdaerah<br />

lain dan keturunan-keturunan mereka kemudian menciptakan<br />

seni budaya baru dengan cerita-cerita pewayangan baru.<br />

Meskipun dalam sepintas lalu wayang Keling tersebut mirip<br />

wayang kulit Jawa, namun perbedaan nampak menonjol pada gelung<br />

cupit urang yang tidak sampai pada ubun-ubun. Antawacananya<br />

memakai bahasa rakyat setempat, dan satu hal yang menarik<br />

dalam pagelaran wayang Keling tersebut ialah bahwa tokoh Wisanggeni<br />

dan Wrekodara bisa bertata krama dengan menggunakan bahasa<br />

halus (Kromo Inggil).<br />

Keling, seperti yang disebutkan dalam buku karya dua penulis<br />

R. Suroyo Prawiro dan Bambang Adiwahyu, semula bermaksud<br />

mengenang nenek moyang mereka yang datang dari Hindustan masuk<br />

ke Jawa untuk pertama kalinya, di samping itu juga sebagai kenang-kenangan<br />

dengan adanya kerajaan Budha di Jawa yang disebut<br />

kerajaan Kalingga.<br />

Wayang Kelingpun jauh berbeda dengan Wayang Purwa.<br />

Silsilah wayang tersebut rupanya paling lengkap sejak zaman Nabi<br />

Adam, Sang Hyang Wenang hingga Paku Buwono IV yaitu raja Surakarta<br />

(Th. 1788 – 1820). Hal tersebut kiranya kurang rasioanl, mengingat<br />

tidak adanya buku-buku atau catatan-catatan resmi yang<br />

menyatakan bahwa Sang Hyang Wenang adalah keturunan Nabi<br />

Adam. Dalam pementasan wayang Keling, dalang berfungsi pula sebagai<br />

Pendita atau Bikhu dengan memasukkan ajaran-ajaran dari<br />

kitab Weda ataupun Tri Pitaka dalam usaha melestarikan agama<br />

Hindu dan Budha. Dengan demikian sang dalang termasuk juga sebagai<br />

pengembang faham Jawa (Kejawen) di daerah Pekalongan<br />

dan sekitarnya.<br />

2.3.2.5 Wayang Jengglong<br />

Selain wayang Keling, di Pekalongan masih terdapat pula<br />

pedalangan wayang Purwa khas Pekalongan yang disebut wayang<br />

Jengglong. Pergelaran wayang Jengglong menggunakan wayang<br />

purwa wanda khas Pekalongan dengan iringan gamelan laras Pelog.<br />

Sumber cerita pada umumnya diambil dari buku Pustaka Raja Purwa<br />

Wedhoatmoko.<br />

2.3.2.6 Wayang Kidang Kencana (1556)<br />

Wayang ini diciptakan oleh Sinuwun Tunggul di Giri yang<br />

tidak jelas dimana letak kerajaannya pada tahun 1556 (1478 Caka,<br />

dengan sengkalan: salira dwija dadi raja). Wayang Kidang Kencana<br />

berukuran lebih kecil dari pada wayang purwa biasa. Tokoh-tokoh diambil<br />

dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Dalang-dalang wanita<br />

serta dalang anak-anak pada umumnya memakai wayang-wayang

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!