02.07.2013 Views

Pedalangan Jilid 1.pdf

Pedalangan Jilid 1.pdf

Pedalangan Jilid 1.pdf

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

224<br />

dan ditendang seperti bola. Orang itu hilang berubah menjadi cahaya<br />

dan kemudian masuk ke tubuh Raden Lasmana Mandrakumara dan<br />

keluar lagi bersama Wahyu Cakraningrat. Seketika itu jatuhlah Raden<br />

Lasmana Mandrakumara hingga pingsan. Mereka bersama-sama<br />

lari mengejar Wahyu Cakraningrat dan saling mendahului. Raden<br />

Lasmana Mandrakumara ditinggal sendirian di tempat itu.<br />

Sejenak peristiwa itu berlalu, terlihatlah dua cahaya dari<br />

angkasa turun di hutan Gangga Warayang di bagian sebelah barat.<br />

Tidak lama kemudian Raden Samba yang bersemedi di tempat tersebut<br />

merasa bahwa dirinya sudah bisa mendapatkan Wahyu Cakraningrat.<br />

Dia sangat bangga bahwa dengan kekuatan sendiri bisa<br />

mendapatkan wahyu tersebut. Maka berangkatlah Raden Samba<br />

pulang ke Dwarawati dengan hati yang sombong karena Wahyu Cakraningrat<br />

sudah berada pada dirinya. Tiba-tiba Kurawa mengejar<br />

dan meminta wahyu yang sudah berada pada diri Samba. Sudah barang<br />

tentu Raden Samba tidak memperbolehkan. Terjadilah peperangan<br />

yang sengit.<br />

Ternyata tidak ada yang bisa melawan kekuatan Raden<br />

Samba. Mereka lari tunggang langgang dan tidak ada lagi yang berani<br />

berhadapan dengan Raden Samba. Dengan larinya para Kurawa<br />

itu berarti mereka telah kalah dan tidak akan berani lagi mengganggu<br />

perjalanan Raden Samba. Demikianlah Raden Samba merasa<br />

dirinya paling kuat dan sakti mandraguna. Dia berani mengatakan<br />

”akulah segalanya.” Bahkan Raden Samba telah berani mengukuhkan<br />

”Akulah orang yang akan menurunkan Raja-raja Jawa, dan sangat<br />

mungkin aku akan menjadi Raja Dunia, menjadi Rajanya Raja.”<br />

Sesudah melontarkan kata-kata itu, dia lalu terdiam sejenak,<br />

dia seperti mendengarkan lengkingan kata-kata sang ibu dewi<br />

Jembawati ”Anakku ngger Samba, eling den eling ngati-ati marang<br />

sakehing panggoda. Eling-elingen ya ngger ya!” (anakku Samba,<br />

ingat dan hati-hatilah terhadap semua godaan, ingatlah angger).<br />

Dasar Samba anak yang congkak dan sombong, kata-kata<br />

ibunya itu selalu diingat tetapi tidak diperhatikan. Dalam hati kecil<br />

Raden Samba berkata ”namanya orang kuat karena mendapat wahyu<br />

maka tak ada yang mampu mengganggu, contohnya Kurawa tak<br />

akan mampu mengalahkanku ha..ha..ha…” demikian kata-kata sombong<br />

Raden Samba.<br />

Sejenak kesombongan Raden Samba sedang bertahta dalam<br />

singgahsana hatinya. Seketika itu juga nampak di matanya seorang<br />

perempuan bersama seorang laki-laki tua. Si perempuan itu<br />

masih muda, cantik berkulit kuning langsap, bermata juling. Mereka<br />

menghaturkan sembah kepada Raden Samba. Dan tentu Raden<br />

Samba sangat rela untuk menerima sembahnya. Keduanya ingin<br />

mengabdi kepadanya. Itulah keperluan mereka berdua, mengapa keduanya<br />

menghadap ke sang penerima Wahyu Cakraningrat. Seketika<br />

itu juga Raden Samba berkenan untuk menerimanya tetapi si laki-

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!