Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Pemilu Serentak dan Masa Depan Konsolidasi Dem<strong>ok</strong>rasi<br />
Rakyat secara redaksional berubah menjadi dilaksanakan menurut Undang-<br />
Undang Dasar. Hal ini berarti bahwa kekuasaan tertinggi berada di tangan<br />
rakyat. Rakyatlah yang membentuk pemerintahan, ikut menyelenggarakan<br />
pemerintahan, dan menjadi tujuan utama penyelenggaraan pemerintahan<br />
Negara. Pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat yang demikian itulah<br />
disebut dengan sistem dem<strong>ok</strong>rasi.<br />
Laurence Whitehead 11 merangkum pergeseran transisi kearah konsolidasi<br />
tatkala sistem dem<strong>ok</strong>rasi yang terkonsolidasi dianggap sebagai cara untuk<br />
meningkatkan secara prinsip komitmen seluruh lapisan masyarakat pada<br />
aturan main (rule of the game) dem<strong>ok</strong>rasi. Konsolidasi dem<strong>ok</strong>rasi tidak hanya<br />
merupakan proses politik yang terjadi pada level prosedural lembaga-lembaga<br />
politik tetapi juga pada level masyarakat. Dem<strong>ok</strong>rasi akan terkonsolidasi<br />
bila aktor-aktor politik, ekonomi, negara, masyarakat sipil (political society,<br />
economic society, the state dan civil society) mengedepankan tindakan<br />
dem<strong>ok</strong>ratis sebagai alternatif utama untuk meraih kekuasaan.<br />
Senada dengan pandangan diatas dengan mengutip pendapat dari Jimly<br />
Asshidiqie 12 bahwa konsepsi dem<strong>ok</strong>rasilah yang memberikan landasan dan<br />
mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan<br />
manusia. Dem<strong>ok</strong>rasi menempatkan manusia sebagai pemilik kedaulatan<br />
yang kemudian dikenal dengan prinsip kedaulatan rakyat. Berdasarkan pada<br />
teori kontrak sosial, untuk memenuhi hak-hak tiap manusia tidak mungkin<br />
dicapai oleh masing-masing orang secara individual, tetapi harus bersamasama.<br />
Maka dibuatlah perjanjian sosial yang berisi tentang apa yang menjadi<br />
tujuan bersama, batas-batas hak individual, dan siapa yang bertanggungjawab<br />
untuk pencapaian tujuan tersebut dan menjalankan perjanjian yang telah<br />
dibuat dengan batas-batasnya. Perjanjian tersebut diwujudkan dalam bentuk<br />
konstitusi sebagai hukum tertinggi di suatu negara (the supreme law of the<br />
land), yang kemudian dielaborasi secara konsisten dalam hukum dan kebijakan<br />
negara. Proses dem<strong>ok</strong>rasi juga terwujud melalui prosedur pemilihan umum<br />
untuk memilih wakil rakyat dan pejabat publik lainnya.<br />
Dalam perkembangannya praktek dem<strong>ok</strong>rasi di era modern sudah tidak<br />
memungkinkan lagi dijalankan secara langsung, dalam arti seluruh rakyat<br />
berkumpul untuk membuat keputusan dan seluruh rakyat bersama-sama<br />
11<br />
Laurence Whitehead, dikutip dar Siti Zuhro, Model Dem<strong>ok</strong>rasi L<strong>ok</strong>al (Jawa Timur, Sumatera Barat, Sulawesai Selatan, dan Bali, Jakarta: The<br />
Habibie Center dan Tifa 2011, h. 22.<br />
12<br />
Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. <strong>Edisi</strong> Revisi. Jakarta: Konstitusi Press, 2005, h. 45.<br />
526<br />
Jurnal Konstitusi, Volume 11, Nomor 3, September 2014