Download (5Mb) - Lumbung Pustaka UNY - Universitas Negeri ...
Download (5Mb) - Lumbung Pustaka UNY - Universitas Negeri ...
Download (5Mb) - Lumbung Pustaka UNY - Universitas Negeri ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
27<br />
perwatakannya. Penekanan ini dipentingkan, sebab tokoh ceritalah yang banyak<br />
mengalami gejala kejiwaan. Secara kategori, sastra berbeda dengan psikologi,<br />
sebab sebagaimana sudah kita pahami sastra berhubungan dengan dunia fiksi,<br />
drama, esai yang diklasifikasikan ke dalam seni (art) sedang psikologi merujuk<br />
kepada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda,<br />
keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari<br />
manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian.<br />
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hardjana (1994:<br />
66) sebagai berikut:<br />
“Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah roman<br />
atau drama dengan memanfaatkan pertolongan pengetahuan psikologi. Andai kata<br />
ternyata tingkah laku tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan apa yang diketahuinya<br />
tentang jiwa manusia, maka dia telah berhasil mengunakan teori-teori psikologi<br />
modern untuk menjelaskan dan menafsirkan karya sastra. Bila tokoh Hamlet<br />
menunjukkan tingkah laku yang kemudian oleh Freud dinyatakan sebagai ciri-ciri<br />
jenis kepribadian tertentu yang bertingkah laku tertentu di dalam lingkungan<br />
tertentu, tidaklah berarti pujangga Shakespeare mengenal teori-teori Freud,<br />
melainkan memang berarti Shakespeare mempunyai pengamatan yang tajam dan<br />
mendalam tentang hakekat atau kodrat manusia”.<br />
Disadari atau tidak, dunia penelitian psikologi sastra awal adalah teori<br />
Freud. Ia mengemukakan bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari<br />
kehidupan mental sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran.<br />
Ketidaksadaran ini dapat menyublim ke dalam proses kreatif pengarang. Ketika<br />
pengarang menciptakan tokoh, kadang “bermimpi” seperti halnya realitas.<br />
Semakin jauh pengarang, juga sering “gila” sehingga yang diekspresikan seakanakan<br />
lahir bukan dari kesadarannya.<br />
Kajian psikologi sastra mengungkap psikoanalisa kepribadian yang<br />
dipandang meliputi tiga unsur kepribadian, yaitu: id, ego, dan super ego. Ketiga