JURNAL EDUKASI IGI4| VOL. 01 Tahun I - September 2013Pendidikan adalah bagian dari bidang ka ji an ilmuilmusosial. Maka tidaklah heran jika ke mudian penelitiantindakan juga merambah du nia pendidikan. Penerapanjenis penelitian ini ke dalam dunia pendidikan telahdimulai pa da tahun 1952 oleh Stephen Covey. Sejak saatitu implementasi penelitian tindakan da lam duniapendidikan dan pembelajaran se makin meningkat,sehingga mulailah dikenal is tilah Classroom ActionResearch (penelitian tin dakan kelas) pada tahun 1976 diAmerika Serikat.Menurut Nurkamto (1999), penelitian tin da kankelas (PTK) tidak lain adalah penelitian tin dakan yangdilakukan di kelas. Oleh karena itu, PTK merupakanperkembangan lebih lan jut dari jenis penelitiantindakan yang berlaku umum di bidang ilmu-ilmusosial.Orang-orang yang kemudian me ngem bang kan PTKdalam arti sebenarnya adalah Ste phen Kemmis, RobinMc Taggart, John Elliot, dan Dave Ebbud. Keempattokoh ter sebut mengembangan model siklus PTK masing-masing,sehingga dikenal adanya model Kemmis-Taggart, model Elliot, model Ebbud, di samping adamodel Mc Kernan. Semuanya memiliki keunikandengan segala kekurangan dan kelebihannya. Namunpada dasarnya me miliki kesamaan konsep dasar,bahwa PTK dila kukan dalam beberapa siklus (daur) dansetiap siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaituperencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Hingga saat ini, model penelitian ini ber kembangpesat di negara-negara maju seperti Inggris, AmerikaSerikat, Australia, dan Kanada (Su yanto 1996). Penelitiantindakan kelas ini tidak lain adalah penelitian tindakanyang sum ber datanya berupa proses pembelajaran dikelas. Tujuannya untuk memperbaiki kua litas prosesdan hasil pembelajaran. Oleh ka rena itu, PTK kemudiandidefinisikan antara lain sebagai (1) suatu bentukpenelitian yang ber sifat reflektif dengan melakukantindakan-tin dakan tertentu agar dapat memperbaikidan atau meningkatkan praktik-praktik pem be lajarandi kelas secara profesional (Suyanto 1997), dan (2)suatu bentuk penelitian yang di laksanakan oleh guruuntuk memecahkan ma salah yang dihadapi dalammelaksanakan tugas pokoknya, yaitu mengelolapelaksaan ke giatan belajar mengajar (KBM) dalam artiluas (Purwadi 1999).Kedua definisi di atas lebih mudah dipahamidan lebih bisa menggambarkan bagaimana prosespelaksanaan PTK yang sebenarnya di kelas. Dari definisiitu kita dapat memahami em pat hal penting yangmerupakan konsep dasar PTK.Pertama, PTK berorientasi untuk meme cah kanmasalah pembelajaran di kelas. Masalah itu diidentifikasioleh guru dalam melaksanakan tugas mengajar sehariharidi kelas itu dan di upayakan pemecahannya olehguru itu. Da lam proses ini guru dapat melibatkan pihaklain sehingga terjadi kolaborasi.Kedua, PTK merupakan refleksi terhadap pro sespembelajaran. Artinya, penelitian itu dilaksanakandengan cara memberikan tin da kan tertentu. Hasiltindakan itu dievaluasi dan dijadikan bahan renungan(refleksi) un tuk memperbaiki kualitas pembelajaran selanjut nya. Ini berbeda dengan penelitian formal yangtujuannya hanya bersifat mencari tahu apa yang terjadidi kelas. Walaupun penelitian formal (eksperimental,korelatif, dekskriptif, dll.) dilaksanakan di kelas, bukanlahpenelitian tin dakan kelas. Penelitian tindakan kelasharus ter dapat tindakan untuk memperbaiki kualitasproses pembela-jaran dan hasilnya. Tindakan itu tidaklain adalah proses pembelajaran yang dilakukan guru.Ketiga, PTK dilaksanakan oleh pelaku tin dakanpembelajaran, yaitu guru yang me nga jar di kelastersebut. Hal itu karena hanya gu ru yang mengajar dikelas tersebutlah yang mengetahui adanya masalahdi kelas yang dia ampu. Pada praktiknya, guru hanyaboleh meneliti pelaksanaan pembelajaran pa da bidangstudi yang dia ampu dan pada ke las yang dia ajar.Dengan demikian hasilnya akan berdapak langsungkepada peningkatan pro fe sionalitasnya sebagai guru.Keempat, PTK dilakukan dalam beberapa daur(siklus) tindakan. Artinya, guru selaku pe nelitimelakukan tindakan pembelajaran yang selaludiperbaiki kualitasnya pada setiap sik lus pembelajaran.Tindakan pada siklus per tama dikaji hasilnya, bila kurangbagus selanjutnya diperbaiki dengan melakukan inovasitindakan (bukan mengganti tindakan) padasiklus pembelajaran kedua. Hasil tin da kan kedua inipun dikaji kembali untuk melihat hasilnya. Begituseterusnya sehingga di peroleh tindakan yang terbaik,dan itu ditandai dengan optimalnya hasil dan atau prosespembelajaran.Penerapan PTK di beberapa negara di war nai cirikhas tertentu. Misalnya, di Inggris dan Aus tralia samasamamenekankan bentuk PTK kolaboratif. Walaupundi Inggris lebih ber orientasi kepada strategi, sedangkandi Aus tralia mengutamakan peran guru dalam pro sespenelitian.Selama ini PTK sering diidentifikasi sebagai penelitiankolaboratif, seperti yang terjadi di Inggrisitu. Sebenarnya, selain itu ada tiga bentuk lain, yaituPTK yang berorientasi guru se bagai peneliti, PTKyang bersifat simultan te rintegrasi, dan PTK yangberorientasi ad ministrasi sosial eksperimental (Sukidin,dkk. 2008:54-58).Penerapan PTK di Indonesia yang bermula pa dapada tahun 1994-1995 rupanya cen de rung mengacukepada bentuk kolaboratif. Pada tahun-tahun tersebutPemerintah mem programkan pelaksanaan penelitianke bi jakan dan penelitian tindakan di jenjang SekolahDasar. Walaupun baru tahun 1996-1997, upaya-upayapelaksanaan PTK dalam ar ti sebenarnya dilaksanakandi Indonesia.Pada masa awal sosialisasi PTK di Indonesia itu,pelaksanaannya ditekankan dalam bentuk kolaborasiantara para pakar di perguruan tinggi dengan paraguru di sekolah. Ko la borasi itu terjadi sebagai akibatadanya pro yek-proyek penelitian tindakan kelas yangdi ta war kan oleh Pemerintah kepada para dosen di perguruantinggi. Para dosenlah yang selama ini dianggapsebagai orang yang paling me ngu asai metodologipenelitian, sementara gu ru di sekolah dianggap lemahdalam hal itu. Akan tetapi, guru memiliki keunggulandalam hal penguasaan situasi dan kondisi kelas yang
JURNAL EDUKASI IGIdiampunya. Karenanya, kolaborasi antara do sen danguru menjadi saling melengkapi se hing ga timbullahsuatu pandangan bahwa PTK harus dilakukan secarakolaboratif.Kolaborasi seperti itu tampak dari pro po salproposalPTK yang diajukan oleh para dosen kepadaPemerintah selaku pihak yang membiayai penelitian.Komposisi tim pe neliti biasanya terdiri atas para dosense ba gai peneliti utama dan para guru sebagai anggotatim. Para guru hanya ditempatkan se bagai pekerjalapangan, tugasnya hanya me lak sanakan rencana/desain penelitian yang te lah dibuat dosen.Di sinilah kelemahan kolaborasi dalam PTK mo deltersebut, yaitu identifikasi masalah dan pe rencanaantindakan yang dibuat dosen tidak men cerminkankebutuhan nyata di kelas yang diteliti. Sehinggahasilnya pun tidak banyak ber manfaat bagi perbaikanpembelajaran di ke las yang diteliti. Apalagi, hasilpenelitian men jadi milik dosen di perguruan tinggise hingga tidak secara langsung bermanfaat ba giperbaikan yang dapat dilakukan guru.Oleh karena itulah, kolaborasi seperti ini ku rangmenguntungkan dan sudah waktunya pa ra gurusecara mandiri melakukan PTK. Kalaupun masih inginberkolaborasi se baik nya dilakukan dengan temansesama guru/ke pala sekolah/pengawas. Kolaborasiseperti itu kecuali dilandasi pemahaman yang samater hadap kebutuhan pembelajaran, juga ber tujuanuntuk proses triangulasi data. Tri angu lasi data adalahteknik pemeriksaan ke ab sahan data penelitian, caranyadengan mem ban dingkan data dari sumber lain,metode, pe nyidik, dan teori (Moloeng 2004:330). Dengandemikian hasil penelitian menjadi lebih ob jektif.Akhir-akhir ini banyak guru mulai mem pelajarimetodologi PTK dan semakin lama se makinmenguasainya. Apalagi prinsip-prin sip pokok dalamsemua jenis penelitian pa da dasarnya sama. Sehinggapengalaman me lakukan penelitian dalam rangka penyele saian jenjang kesarjaan ketika kuliah dulu mendukungsekali penguasaan para guru terhadap PTK.Guru hanya memerlukan se di kit lagi belajar hal-halyang berhubungan de ngan ciri khas PTK. Hal ini cukupmenjadi alasan, bahwa PTK dapat dilakukan secaraman diri oleh guru.PTK yang menempatkan guru sebagai pe meranutama mulai dari proses perencanaan hing gapelaksanaannya merupakan bentuk yang berorientasikepada guru sebagai pe ne liti. Kalaupun melibatkanrekan sejawat, fungsinya sebatas konsultatif. Karenagu ru mengidentifikasi sendiri ma-salah yang dihadapidan kemudian mencari pe me cahannya dengan carayang tepat, ma ka hasilnya pun lebih bermanfaat bagipe lak sa na an tugasnya sehari-hari.Apabila guru masih berperan penting se ba gaipeneliti tetapi konsep dan rencana pe ne litiannyadirumuskan pihak luar (pakar/do sen), maka PTK yangdilakukan berbentuk si lmultan terintegrasi. Dengancara ini, hasil pe nelitian tidak hanya untuk memenuhike bu tuhan praktis dalam memperbaiki kualitaspem belajaran, tetapi juga untuk menghasilkan pengetahuanilmiah di bidang pembelajaran.Sedangkan bentuk penelitian tindakan ad ministrasisosial eksperimental sama se kali tidak melibatkan guru.Kelas yang di am pu guru hanya sekadar dijadikan lokasiatau sumber data. Rumusan masalah dan hi potesis yangdijadikan dasar penelitian di buat oleh peneliti dari luarberdasarkan ke bu tuhan mereka untuk meningkatkanhasil pe laksanaan suatu kebijakan dalam praktik pendidikan.Penelitin semacam ini biasanya di pesan olehPemerintah dan dilaksanakan pe neliti dari perguruantinggi.Model/Desain PTKSecara umum langkah-langkah me lak sa nakanPTK sama dengan pelaksanaan pe nelitian-penelitianlainnya. Penelitian dil akukan untuk menjawabpermasalahan yang te lah diidentifikasi sebelumnya.Masalah itu di jawab dengan merumuskan hipotesisyang dikembangkan berdasarkan kajian teori-teoriyang terkait dengan variabel yang diteliti. Hi potesis itukemudian diuji dengan data empirik yang dikumpulkanmenggunakan instrumen yang relevan. Terbuktiatau tidaknya hipotesis itu merupakan temuan hasilpenelitian.Langkah umum seperti itu juga ditempuh dalamPTK. Hanya saja masalah yang hendak di carijawabannya dengan melakukan PTK adalah masalahyang dialami dalam pem be lajaran di kelas. Masalahmasalahitu dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitumasalah yang berhubungan dengan (a) prestasi/hasil be lajar siswa, dan (b) proses pembelajaran yangdilakukan guru. Prestasi belajar siswa atau prosespembelajaran yang dilakukan gu ru dianggap sebagaimasalah jika tidak sesuai ha rapan (tidak ideal), dan olehkarenanya per lu dicarikan solusi agar menjadi sesuaiha rapan.Solusi terhadap masalah itu pada dasarnya ada lahmemberikan tindakan perbaikan da lam pembelajaran.Tindakan perbaikan itu diharapkan dapat memberikanpengaruh agar terjadi peningkatan prestasi belajarsiswa atau proses pembelajaran yang dilakukan gurumenjadi lebih baik. Wujud tindakan per baikanpada dasarnya adalah kegiatan pem belajaran yangdilakukan guru. Tindakan perbaikan itu berkaitandengan implementasi salah satu atau beberapa daritujuh ini, yaitu (a) pendekatan, (b) strategi, (c) model,(d) metode, (e) teknik, (f) penggunaan media, dan (g)penggunaan alat peraga pembelajaran.Dalam satu daur/siklus tindakan terdapat em pattahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, danrefleksi.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |5