JURNAL EDUKASI IGIkondisi awal, kemampuan berbicara saat kondisi awal,data kreativitas belajar bahasa Indonesia saat sikluspertama, data kemampuan berbicara siklus pertama,data kreativitas belajar bahasa Indonesia saat sikluskedua, dan data kemampuan berbicara saat sikluskedua.Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan datakreativitas belajar bahasa Indonesia dan kemampuanberbicara adalah menggunakan bentuk teknik tes dannontes.Data yang divalidasi adalah data tentang kreativitasbelajar bahasa Indonesia dan data tentang kemampuanberbicara. Validasi data tentang kreativitas belajarbahasa Indonesia menggunakan trianggulasi sumberdan trianggulasi metode.Trianggulasi sumber dalam penelitian ini dengancara untuk mengetahui hambatan dan kesulitan siswaberbicara khususnya bercerita maka diadakan tesunjuk kerja bercerita. Siswa yang tidak berunjuk kerjamengadakan observasi untuk mengetahui hambatanhambatanyang dialami pencerita. Hasil observasidikroscek.Triangulasi metode berupa temuan-temuan dikonfirmasi untuk selanjutnya didiskusikan sehingga diperoleh kesepakatan mengenai data atau interpretasitemuan tersebut.Validasi data kemampuan berbicara khususnyakemampuan bercerita menggunakan content validityyaitu dengan cara membuat kisi-kisi sebelum butir soalyang akan diujikan disusun. Kisi-kisi tersebut disusundengan tujuan agar materi yang diujikan sesuaikurikulum.Analisis data kreativitas belajar bahasa Indonesiaberupa data kualitatif. Data kualitatif diperoleh darihasil observasi kreativitas belajar bahasa Indonesia.Analisis yang digunakan adalah diskriptif kualitatifberdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiapsiklus. Kreativitas belajar bahasa Indonesia kondisi awaldan siklus pertama dibandingkan. Kreativitas belajarbahasa Indonesia siklus pertama dan siklus keduadibandingkan. Kreativitas belajar bahasa Indonesiakondisi awal dan kondisi akhir dibandingkan. Kemudiandilanjutkan refleksi.Data kemampuan bercerita meliputi tiga jenis,yaitu data kemampuan bercerita kondisi awal, sikluspertama, dan siklus kedua. Ketiga data tersebutdianalisis menggunakan analisis deskriptif komparatifdilanjutkan refleksi.Indikator KinerjaUntuk mengukur keberhasilan tindakan pada penelitianini ditetapkan beberapa indikator kinerja. Adapunindikator keberhasilan tersebut adalah (1) nilaike mampuan bercerita meningkat dari rata-rata 68menjadi 75, dan (2) ketuntasan kemampuan berceritasecara klasikal meningkat dari 25% menjadi 85%(jumlah siswa yang tuntas belajar minimal 85%).38| VOL. 01 Tahun I - September 2013HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYADeskripsi Kondisi AwalPembelajaran bahasa Indonesia pada aspekberbicara untuk kompetensi dasar bercerita dikelas VII-D semester satu SMP Negeri 1 BanyudonoKabupaten Boyolali menampakkan kondisi siswakurang kreatif dan tidak kreatif saat bercerita. Siswatampil monoton. Bercerita dengan sikap berdiri kaku.Siswa berbicara sering dengan urutan yang salah, suaralemah, lafal tidak jelas, intonasi datar, gestur terkesankaku, dan tidak didukung mimik yang tepat.Hasil belajar berupa kemampuan bercerita yangdicapai oleh siswa-siswa kelas VII-D masih rendah. Haltersebut dapat diketahui dari pemerolehan skor yangdicapai oleh siswa kelas VII-D. Sejumlah 75% siswa tidaktuntas atau 25% siswa yang tuntas. Siswa yang tidaktuntas adalah 43,75% siswa putra, 31,25% siswa putri.Nilai rerata yang dicapai oleh siswa pada kompetensidasar tersebut adalah 68, di bawah batas KKM (KriteriaKetuntasan Minimal) yaitu 75. Terdapat 22% siswabelum mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepat.Hal tersebut mencerminkan bahwa kompetensi dasaryang terkait dengan bercerita dengan urutan yangbaik, suara, lafal, intonasi, gestur, dan mimik yang tepatmasih rendah.Deskripsi Hasil Tindakan Siklus PertamaPada siklus pertama siswa kreatif menyiapkan danmenggunakan gambar sebagai alat bantu kelancaranbercerita. Siswa yang lain (yang belum mendapatgiliran tampil) melakukan aktivitas menyimak danperhatiannya berfokus ke gambar. Mereka tidaklagi sibuk menghafalkan materi untuk berceritasendiri seperti di kondisi awal tetapi perhatiannyake gambar dan materi cerita. Secara umum telahterjadi peningkatan siswa yang mampu berceritamenggunakan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi,gestur, dan mimik yang tepat meskipun belummaksimal.Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tingkatkreativitas siswa, ternyata ada peningkatan. Siswayang aktif sebelum tindakan pada siklus pertamasebanyak 9 siswa (28,12%) meningkat menjadi 25 siswa(78,13%) pada siklus pertama. Di samping itu, terjadipeningkatan rata-rata nilai kemampuan berbicara.Sebelum tindakan, nilai rata-rata kelas tersebut sebesar68, meningkat menjadi 73 pada akhir siklus pertama.Persentasi siswa tuntas secara klasikal juga meningkat.Sebelum pelaksanaan tindakan pada siklus pertamaterdapat 25% siswa yang tuntas, kemudian meningkatmenjadi 75% pada akhir siklus pertama. Akan tetapimasih terdapat 5% siswa belum mampu berceritadengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur,dan mimik yang tepat.Deskripsi Hasil Tindakan Siklus KeduaPada siklus pertama masih ditemukan beberapakelemahan, antara lain sebagian siswa masih merasakesulitan untuk bercerita dengan gestur dan mimikyang tepat. Oleh karena itu, peneliti mencoba
mengganti media dua dimensi (gambar) denganmedia tiga dimensi (boneka). Hal itu dilakukan untukmerangsang siswa mampu bercerita dengan gesturdan mimik secara maksimal.Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama,perencanaan strategi pembelajaran diperbaiki dalamsiklus kedua. Perbaikan perencanaan pada siklus keduatersebut adalah penggantian media yang digunakanoleh siswa. Siklus kedua menggunakan media tigadimensi. Dengan diterapkannya penggunaan mediatiga dimensi (boneka) siswa dapat bercerita dengandisertai peragaan boneka yang telah disiapkan olehsiswa. Siswa-siswa yang lain bersemangat dan tertarikuntuk memperhatikan teman bercerita denganbantuan boneka.Kreativitas dan kemampuan bercerita siswa dalamsiklus kedua dibandingkan dengan hasil siklus pertamamengalami peningkatan. Peningkatan tersebut sudahmencapai target indikator kinerja, baik dalam hal nilairata-rata maupun ketuntasan.Semula, nilai rata-rata pada siklus pertamasebesar 73, meningkat menjadi 77 pada akhir sikluskedua. Persentase siswa yang tuntas secara klasikalmeningkat, semula hanya mencapai 75% pada sikluspertama, meningkat menjadi 85% pada akhir sikluskedua. Nilai terendah pada siklus pertama adalah 75,meningkat menjadi 87 pada akhir siklus kedua. Secaraumum terjadi peningkatan pencapaian nilai.Hampir semua siswa mampu bercerita denganurutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur, danmimik yang tepat. Pada akhir siklus kedua ditemukanhanya seorang siswa yang belum dapat berceritadengan urutan yang baik, suara, lafal, intonasi, gestur,dan mimik yang tepat.Pembahasan Hasil PenelitianPada kondisi awal sebagian besar siswa pasif, kemudian berubah menjadi kreatif pada siklus pertamadan kedua. Kreativitas siswa menyiapkan danmenggunakan media sebagai alat bantu kelancaranbercerita meningkat dari rendah menjadi tinggi.Bahkan berlomba-lomba untuk menjadi penceritayang terbaik di antara teman-temannya.Hasil belajar aspek berbicara khususnya kemampuanbercerita kondisi awal masih rendah yaitu nilai terendahadalah 63, nilai tertinggi 75, dan rerata mencapai skor68. Sedangkan hasil belajar siklus pertama mengalamisedikit peningkatan yaitu nilai terendah adalah 70, nilaitertinggi 85, dan rerata mencapai skor 73. Hasil belajarpada siklus kedua menunjukkan peningkatan yangsignifikan yaitu nilai terendah adalah 75, nilai tertinggi87, dan rerata mencapai skor 77. Rerata yang dicapaioleh siswa secara klasikal telah berhasil melampauibatas minimal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yangditentukan yaitu 75.Berdasar deskripsi hasil belajar dimulai kondisiawal sampai siklus kedua maka terdapat peningkatanhasil belajar dari rerata 68 menjadi 77. Jadi meningkatsebesar 13%. Dengan demikian indikator kinerja yangditetapkan telah tercapai. Indikator kinerja tersebutadalah tingkat kreativitas belajar bahasa Indonesiameningkat dari rendah menjadi tinggi. IndikatorJURNAL EDUKASI IGIkinerja yang kedua adalah nilai kemampuan berceritameningkat dari rata-rata 68 menjadi 75 bahkanmencapai 77. Ketuntasan kemampuan bercerita secaraklasikal meningkat dari 25% menjadi 85%. Grafik berikutini menggambarkan dinamika peningkatan nilai rataratadan ketuntasan belajar siswa sejak kondisi awalhingga akhir siklus kedua.Grafik. Peningkatan Nilai Rata-rata dan PersentaseKetuntasan Belajar SiswaPemberian tindakan-tindakan yang dipilih dandi ten tukan dalam penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya baik secara teoritikmaupun secara empirik. Secara teoritik, pemanfaatanmedia dua dimensi (gambar) dan media tiga dimensi(boneka) dapat mengurangi verbalisme siswa. Selainitu dapat membantu siswa mengeksplorasi ide-ideuntuk bercerita. Secara empirik, bahwa tindakandengan memanfaatkan media pembelajaran dapatmeningkatkan kreativitas dan meningkatkankemampuan bercerita yang dilakukan oleh siswa dalammengikuti pembelajaran.PENUTUPBerdasarkan hasil penelitian yang telahdikemukakan di atas dapat diperoleh dua simpulan,yaitu (1) penggunaan media dua dimensi dan tigadimensi dapat meningkatkan kreativitas belajar siswadalam kompetensi kemampuan bercerita, dan (2)penggunaan media dua dimensi dan tiga dimensidapat meningkatkan kemampuan bercerita.Dengan terbuktinya secara empirik bahwa peng gunaan media dua dimensi dan media tiga dimensi dapatmeningkatkan kreativitas dan kemampuan berceritameningkat maka penulis merekomendasikan agar guruyaitu jika apabila memanfaatkan benda-benda di sekitarkita dan alam sekitar sebagai media pembelajaran.Jika perlu menciptakan atau mengadakan media yangsederhana namun tetap berdaya guna tinggi.VOL. 01 Tahun I - September 2013 |39