JURNAL EDUKASI IGIketerampilan menangkap informasi secara efektifdan kritis, pembicara akan memiliki rasa tenggangrasa kepada lawan berbicara (pendengar), sehinggapendengar dapat pula menangkap informasi yangdisampaikan pembicara secara efektif.Menurut Nuraeni (2002), “Banyak orangberanggapan berbicara adalah suatu pekerjaan yangmudah dan tidak perlu dipelajari.” Untuk situasi yangtidak resmi barangkali anggapan ini ada benarnya,namun pada situasi resmi pernyataan tersebut tidakberlaku. Kenyataannya tidak semua siswa yang beranidan mau berbicara di depan kelas, sebab merekaumumnya kurang terampil sebagai akibat darikurangnya latihan berbicara. Untuk itu, guru bahasaIndonesia merasa perlu melatih siswa untuk berbicara.Latihan pertama kali yang perlu dilakukan guru ialahmenumbuhkan keberanian siswa untuk berbicara.Hambatan dalam Pembelajaran KeterampilanBerbicaraSeperti dikemukakan di atas bahwa keterampilanberbicara tidak hanya berkaitan dengan isipembicaraan tetapi juga berkaitan dengan bagaimanamenyampaikan isi pembicaraan. Seorang pembicaraperlu memiliki kemampuan untuk menyampaikanisi pembicaraan. Seorang pembicara perlu memilikikemampuan berbahasa, kemampuan bertutur denganlafal yang baik, intonasi yang tepat, gesture yangmenarik, dan mimik yang tepat. Sebelum berlatihtentang kemampuan pendukung keterampilanberbicara, seorang pembicara juga harus mampumengatasi kendala psikologis yang sering mengganggupenampilan berbicara, seperti rasa malu, takut, gugupatau kurang percaya diri.Ada banyak alasan yang menyebabkan orang merasatakut sebelum tampil, seperti (1) takut ditertawakan;(2) takut berhenti di tengah pembicaraan; (3) takut adayang lebih tinggi kedudukannya; (4) takut karena takmenguasai tema; (5) takut membuat kesalahan; dan (6)takut mendapat kritik.Hambatan mental seperti tersebut juga menjadikendala bagi peserta didik dalam proses pembelajaranberbicara di kelas. Tidak sedikit siswa yang gagal dalamtampil berbicara karena hambatan yang berasal daripsikologisnya. Bahkan, seringkali hambatan itu sudahdirasakan sebelum peserta didik tampil berbicaradi depan teman sekelasnya. Hambatan yang palingdominan dirasakan peserta didik dalam tampilberbicara adalah rasa malu karena menganggapdirinya tidak bisa berbicara, rasa takut karena khawatirapa yang dilakukannya merupakan sebuah kesalahandalam penilaian guru, dan diliputi rasa gugup karenaharus berbicara secara langsung di hadapan pendengar,atau hilangnya rasa percaya diri. Hambatan-hambatanitu akhirnya menyebabkan pembelajaran berbicaramenjadi tidak bisa optimal.Pembelajaran Berbicara dengan Teknik BerceritaBerantaiMengingat pentingnya pengajaran berbicarasebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan62| VOL. 01 Tahun I - September 2013berbahasa lisan di tingkat sekolah menengah pertama,penulis menggunakan teknik pengajaran berbicaraengan Bercerita Berantai. Menurut Tarigan (1990),penerapan teknik Bercerita Berantai ini dimaksudkanuntuk membangkitkan keberanian siswa dalamberbicara. Jika siswa telah menunjukkan keberanian,diharapkan kemampuan berbicaranya menjadimeningkat.Teknik Bercerita Berantai bisa dimulai dari seorangsiswa yang menerima informasi dari guru, kemudiansiswa tadi membisikkan informasi itu kepada temanlain, dan teman yang telah menerima bisikanmeneruskannya kepada teman yang lain lagi. Begitulahseterusnya. Pada akhir kegiatan akan dievaluasi, yaitusiswa yang mana yang menerima informasi yang benaratau salah. Siswa yang salah menerima informasi tentuakan salah pula menyampaikan informasi kepadaorang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yangditerima oleh siswa itu benar tetapi mereka kelirumenyampaikannya kepada teman yang lain.Tarigan (1990) berpendapat bahwa teknik BerceritaBerantai adalah salah satu teknik dalam pengajaranberbicara yang menceritakan suatu cerita kepadasiswa pertama, kemudian siswa pertama menceritakankepada siswa kedua, dan seterusnya kemudian ceritatersebut diceritakan kembali lagi kepada siswa yangpertama. Secara lebih rinci, Tarigan menyebutkan teknikcerita bersambung dengan cara (1) guru menyusunsuatu cerita yang dituliskan dalam sehelai kertas; (2)cerita itu kemudian dibaca dan dihapalkan oleh siswa;(3) siswa pertama menceritakan cerita tersebut, tanpamelihat teks, kepada siswa kedua; (4) siswa keduamenceritakan cerita itu kepada siswa ketiga; (5) siswaketiga menceritakan kembali cerita itu kepada siswapertama; (6) sewaktu siswa ketiga bercerita suaranyadirekam; (7) guru menuliskan isi rekaman siswa ketigadi papan tulis; dan (8) hasil rekaman dibandingkandengan teks asli cerita.Penggunaan teknik Bercerita Berantai bermanfaatdalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa,antara lain (1) pembelajaran berlangsung lebih efektif;(2) keaktifan siswa lebih meningkat; (3) terjadi interaksiyang positif antara siswa dengan siswa dan antara siswadengan guru; dan (4) proses pembelajaran berjalanlebih terarah dan lebih menarik.Di samping manfaat di atas, penerapan teknikBercerita Berantai menurut hasil temuan di lapanganmemiliki beberapa kendala dan hambatan, antaralain (1) waktu yang tersedia masih kurang mencukupi;(2) memerlukan kecermatan dalam memberikanpenilaian; dan (3) kalimat yang panjang lebih dari tigakalimat masih sulit untuk disimak.Berdasarkan identifikasi masalah dan kajian teoridi atas, diperoleh kerangka berpikir bahwa untukmenumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didikmaka hambatan-hambatan psikologis dalam berbicaraharus diatasi. Selain itu perlu juga dilakukan penanamankonsep diri yang bisa menjadi motivasi intrinsik padasaat berbicara bagi peserta didik, yaitu dengan caramenanamkan keyakinan kepada peserta didik bahwamereka mampu berbicara dengan baik di depan
JURNAL EDUKASI IGIteman-teman sekelasnya. Adapun jenis tindakan yangakan dilakukan dalam penelitian ini adalah denganpenggunaan teknik Bercerita Berantai.Gambar 1. Bagan Kerangka BerpikirBerdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yangtelah dikemukakan pada bagian sebelum ini, makapeneliti menduga, bahwa penggunaan teknik BerceritaBerantai dapat mengoptimalkan keterampilanbercerita pada peserta didik di kelas VII-D SMP Negeri3 Bonang Kab. Demak, Jawa Tengah.METODE PENELITIANPenelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 BonangKabupaten Demak pada tahun 2008/2009, sejak bulanJuli sampai dengan Oktober 2008. Subjek penelitian iniadalah peserta didik kelas VII-D SMP.Data penelitian ini diperoleh dari peserta didiksebagai subjek penelitian maupun teman sejawatsebagai kolaborator yang membantu melakukanobservasi pada saat penelitian dilaksanakan.Pengumpulan data dilakukan dengan dua teknik,yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes dilakukandalam bentuk tes unjuk kerja atau uji performansiuntuk menilai kemampuan bercerita para pesertadidik. Adapun teknik nontes dilakukan dalam bentukobservasi selama dilaksanakan tindakan.Pengumpulan data menggunakan rubrik penilaianunjuk kerja dengan deskriptor dan skala penilaianyang sebelumnya telah disepakati bersama antaraguru dengan peserta didik. Pada teknik nontes, alatpengumpulan data yang digunakan adalah pedomanobservasi untuk merekam data tentang keaktifandan keantusiasan peserta didik dalam mengikutipembelajaran.Pengujian validitas alat pengumpul data dalampenelitan ini dilakukan dengan uji validitas ukuran atauvaliditas norma, standar, atau kriteria (Nurgiyantoro,2001:104). Instrumen diuji melalui diskusi dengankolaborator (peer review) maupun konsultasi denganpembimbing ahli. Hal itu dilakukan untuk melihatapakah alat ukur yang digunakan dalam penelitianini benar-benar mampu mengukur peningkatankemampuan bercerita peserta didik dan mengukurpeningkatan kemampuan bercerita peserta didik darisiklus ke siklus berikutnya.Analisis data dilakukan secara kuantitif maupunkualitatif. Data kuantitatif yang berupa skor hasil unjukkerja siswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif.Analisis deskriptif kuantitatif ini dilakukan denganmencari rerata nilai yang diperoleh peserta didik,persentase ketuntasan pada setiap unsur penampilanyang dinilai, dan ketercapaian batas ketuntasan belajaraspek berbicara yang ditetapkan.Data kualitatif yang berupa informasi rekamanaktivitas peserta didik selama proses pembelajaranberlangsung akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.Analisis ini akan dilakukan dengan pengelompokandata kemudian diinterpretasikan serta dideskripsikansebagai suatu simpulan hasil pengamatan.Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, karenadidasari pertimbangan efisiensi waktu yang tersediauntuk penelitian ini. Masing masing siklus terdiri atasperencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.Pada siklus pertama, tahap perencanaan diisidengan kegiatan (1) identifikasi masalah dan penetapanalternatif pemecahan masalah; (2) perencakan teknikbercerita berantai; (3) menentukan kompetensidasar yang akan dibelajarkan; (3) menyusun skenariopembelajaran berdasarkan teknik yang dipilih; (4)menyusun bahan cerita yang akan diberikan kepadapeserta didik; (5) menyusun rubrik penilaian; dan (6)menyusun format instrumen observasi.Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama terdiriatas tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, danbagian penutup. Pada bagian awal, kegiatan yangdilakukan meliputi (1) peserta didik diajak berdialogtentang tokoh-tokoh yang memperoleh kesuksesandari aktivitas berbicara; dan (2) peserta didik diajakberdialog tentang cara mengatasi hambatan psikologisdalam berbicara.Pada bagian inti, pelaksanaan tindakan diisi dengankegiatan (1) penjelasan tentang kegiatan pembelajaranbercerita dengan teknik bercerita berantai; (2) setiapkelompok menerima media cerita bergambar yangharus mereka ceritakan; (3) peserta didik berdiskusikelompok untuk membagi tugas penceritaan sekaligusberlatih bersama; (4) setiap kelompok menampilkanpenceritaan melalui anggotanya sesuai urutan cerita,yang ditampilkan dengan lafal, ekspresi, intonasi, dangerak yang tepat; dan (5) peserta didik dari kelompoklain menjadi pendengar.Pada bagian penutup pembelajaran, kegiatan yangdilakukan meliputi (1) peserta didik diajak berdialogtentang pesan yang bisa mereka temukan dalamcerita; dan (2) peserta didik diminta menyampaikanpendapatnya tentang pelaksanaan pembelajaran yangbaru saja mereka lakukan.Setelah pelakasanaan tindakan, peneliti melakukanpengamatan dan refleksi. Pengamatan dilakukanVOL. 01 Tahun I - September 2013 |63